Minggu, 29 Juli 2012

Seputar Kesalahan di Bulan Ramadhan



Tundukkan Pandangan Agar Hati Menjadi Tenang

Redaksi II | Kamis, 26 Juli 2012 - 10:40:47 WI

Eramuslim.com | Media Islam Rujukan,
"Maka barangsiapa yang durhaka dan mengutamakan kehidupan dunia, sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Adapun orang yang takut akan kebesaran Alloh dan menahan dirinya dari gejolak nafsunya, sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya". (QS. An-Naazi'at(79): 37-41)

Alhamdulillah Ya Alloh, sungguh kebesaran dan kesempurnaan kasih sayang-Mu benar-benar begitu mengesankan. Meskipun Engkau kami khianati setiap saat, walaupun telah Engkau saksikan dengan jelas kemaksiatan demi kemaksiatan yang kami lakukan setiap saat, tapi toh masih Kau limpahkan segala curahan nikmat yang tiada terputus setiap saat. 

Padahal Engkau Mahatahu betapa mata ini jarang sekali membaca Al-Qur'an, akan tetapi tetap saja Engkau biarkan mata ini. Padahal mudah saja bagi-Mu untuk mencungkil kedua mata ini, Engkau butakan saja mata yang selalu bermaksiat ini. Toh Engkau yang telah menciptakannya. Engkaupun tahu telinga ini begitu banyak mendengarkan segala hal yang sia-sia, bahkan maksiat. Segala gosip, berbagai musik bahkan segala yang maksiat selalu masuk ke telinga ini. Jarang suara merdu Al-Quran kami dengar, juga petuah para Ulama' hampir tak pernah kami dengarkan. Tapi mengapa Engkau tidak buat saja telinga ini menjadi tuli? Sebaliknya, tetap saja telinga ini Engkau biarkan sehat sehingga kami dapat mendengarkan merdunya suara ayah dan ibu juga teman-teman.

Banyak sekali 'virus' perusak hati yang harus diwaspadai. Salah satunya adalah tidak pendainya kita menjaga pendangan. Gara-gara pandangan, hati kita bisa menjadi kotor, busuk, dan keras membatu. Barangsiapa yang di dunia ini tidak pintar menjaga pendangan, gemar melihat hal-hal yang diharamkan Alloh, maka jangan terlalu berharap dapat memiliki hati yang bersih.

Umar bin Khatab ra pernah berkata: "Lebih baik aku berjalan dibelakang singa daripada berjalan dibelakang wanita". Orang-orang yang sengaja mengobral pandangannya terhadap hal-hal yang tidak haq bagi dirinya, tidak usah heran jika hatinya lambat laun akan semakin keras membatu dan nikmat imanpun akan semakin hilang manisnya. 

Tidak hanya terhadap lawan jenis. Tetapi juga, orang yang matanya selalu melihat dunia ini, melihat suatu yang tidak ia miliki; rumah orang lain yang lebih mewah, mobil tetangga yang lebih bagus, atau uang juragan yang lebih banyak. Hatinya akan terus bergejolak memikirkan segala hal yang tidak dimilikinya daripada menikmati apa-apa yang dimilikinya.

Maka kunci bagi orang yang ingin memiliki hati yang bersih dan tenang adalah tundukkan pandangan! Mendapati lawan jenis yang bukan muhrim, cepat-cepatlah tundukkan pandangan karena berawalnya maksiat itu tiada lain dari pandangan.

Jika melihat dunia, jangan gemar melihat keatas. Akan capek kita jadinya karena selalu bergejolak melihat apa-apa yang dimiliki orang lain. Mati-matian kita menginginkan sesuatu tapi kalau itu bukan rezeki kita maka tidak akan kita dapatkan. Lebih baik lihatlah kebawah. Lihatlah orang yang lebih fakir dan lebih menderita daripada kita. Kunjungilah rumah sakit untuk melihat orang-orang yang sakit niscaya kita akan mensyukuri nikmat sehat ini. Ziarahilah kuburan agar tumbuh rasa syukur atas nikmat hidup ini. Semakin sering melikat kebawah, Subhanalloh, hati ini akan semakin penuh syukur.

Jika kita melihat ke atas, tancapkan pandangan kita ke 'Atas' sekaligus, kepada Dzat Penguasa alam semesta. Allohu Akhbar! Lihatlah kemahakuasaan-Nya. Allohlah Maha Kaya dan tidak akan pernah berkurang kekayaan-Nya walaupun selalu kita berbuat dosa dan mohon ampun setiap saat, niscaya ampunan Alloh akan selalu dicurahkan.

Orang yang selalu melihat ke atas dalam urusan dunia niscaya hatinya akan cepat kotor dan hancur. Sebaliknya, barangsiapa yang selalu tunduk dalam melihat dunia dan tengadah dalam melihat kebesaran Alloh, maka hatinya akan senantiasa bersih dan sehat. (na/isls) 


Seputar Kesalahan di Bulan Ramadhan

Editor | Jumat, 27 Juli 2012 - 17:00:29 WIB 
Eramuslim.com | Media Islam Rujukan,
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi terakhir beserta keluarga dan para sahabatnya.
Makalah ini merupakan kumpulan beberapa kesalahan yang menyebar di tengah-tengah kaum muslimin. Penulis harap makalah ini bisa menjadi peringatan bagi yang lupa dan lalai, serta nasehat bagi kalangan awam. Penulis sengaja menyusun makalah ini dengan ringkas. Kita memohon kepada Allah ta’ala agar menjadikan tulisan ini bermanfaat. Maha suci Allah, sebaik-baik dan seagung-agung Dzat yang dimintai dan ditujukan harapan.

Berikut ini beberapa kesalahan tersebut:
[1]. Tidak mengerjakan shalat, kecuali (hanya -ed) di Bulan Ramadhan.
Ini merupakan kesalahan paling fatal dan dosa paling buruk. Barangsiapa meninggalkan shalat setelah bulan Ramadhan, berarti telah menghancurkan bangunannya dan menguraikan benang yang sudah dipintal dengan kuat. Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. (Qs. an-Nahl: 92)
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ.
(Batas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat. (HR. Muslim)
Beliau shallallahu ‘alahi wa sallam juga bersabda:
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ.
Perjanjian antara kami (kaum muslimin) dan mereka (orang-orang kafir) adalah shalat, barangsiapa meninggalkannya, ia telah kafir. (HR. at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah)
Namun, sungguh mengherankan, ada yang berpuasa, tetapi tidak shalat. Padahal, orang yang tidak shalat tidak mendapat kewajiban berpuasa. Mengapa? Ini karena dia kafir, sebagaimana dalam hadits di atas, juga sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa syarat (diterimanya-ed) seluruh ibadah adalah Islam.
[2]. Lalai dari tujuan utama puasa dan hikmah-hikmahnya.
Puasa memiliki maksud dan tujuan, di antaranya adalah apa yang disebutkan Allah ta’ala dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Qs. al-Baqarah: 183)
Tujuan puasa adalah ketakwaan, bukan hanya sekedar menahan diri dari makanan, minuman dan nafsu, karena Allah ta’ala tidak butuh puasa seperti ini, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ.
Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan keji dan dusta, serta melakukannya, Allah tidak butuh dengan puasanya. (HR. al-Bukhari)
Bahkan puasa yang benar dapat mencegah perbuatan maksiat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ.
Puasa bagaikan perisai, janganlah berkata keji dan kotor dengan berbuat jahil… (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Terkadang Anda melihat sebagian orang berpuasa, tetapi tidak meninggalkan perbuatan haram, seperti kedzaliman, permusuhan, hasad, dengki, ghibah dan namimah (menggunjing orang dan mengadu domba), serta perkataan jorok dan kotor.
Di antara tujuan puasa:
a. Meraih pahala yang besar dan memperoleh ganjaran yang banyak, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits qudsi, bahwa Allah berfirman:
الصِّيَامُ لِي، وَأَنَا أَجْزِى بِهِ.
Puasa itu untuk-Ku. Aku yang akan memberikannya pahala. (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Ini menunjukkan besarnya pemberian, karena Allah yang Maha Mulia, apabila menyatakan “Aku yang memberikannya secara langsung”, menunjukkan besarnya pemberian.
b. Penghapus dosa. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Muttafaqun ‘alaih)
c. Membiasakan taat kepada perintah Allah ta’ala, dan perintah Rasul-Nya shallallahu ‘alahi wa sallam dan berlatih meninggalkan hal-hal yang disukai untuk meraih ridha Allah ta’ala.
Hikmah puasa:
1. Merasakan sakitnya lapar dan haus. Dengan ini, kita menjadi tidak melupakan fakir miskin.
2. Mempersempit ruang gerak setan, karena setan bergerak pada aliran darah manusia, sebagaimana yang pernah disampaikan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bahwa apabila seorang hamba berpuasa, urat-uratnya akan mempersempit gerak setan sehingga pengaruh dan bisikannya menjadi lemah.
Laa ilaaha illallah, betapa banyak hikmah dan rahasia di balik puasa yang kita lalaikan. Segala puji bagi Allah yang mensyariatkannya sebagai rahmat bagi hamba-hambanya, sebagai perbuatan baik bagi mereka, dan sebagai pelindung dari keburukan.
[3]. Memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, dengan berbagai amalan seperti sedekah, shalat, mengaji dan berbagai macam ketaatan lainnya di bulan Ramadhan, tetapi dia jauh dari semua itu pada selain bulan Ramadhan.

Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai manusia, sembahlah Rabbmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (Qs. al-Baqarah: 21)
Dan sebagaimana Nabi Isa ‘alahi sallam berkata:
وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا
Dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. (Qs. Maryam: 31)
Dan Allah berfirman:
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Qs. al-Hijr: 99)
Sebagian salaf berkata: Sejelek-jelek kaum adalah yang tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan.
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
أَحَبُّ اْلأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ.
Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus walaupun sedikit. (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Sebagian orang antusias dalam ketaatan pada permulaan bulan, kemudian melemah dipertengahan atau akhir bulan.
[4]. Berpaling dari mempelajari hukum-hukum puasa, adab, syarat dan pembatal-pembatalnya, dengan tidak menghadiri majlis-majlis ta’lim, tidak bertanya tentang masalah puasa. Dalam hal ini, dia berpuasa dalam keadaan jahil (bodoh-ed), atau mungkin melakukan perbuatan yang dapat membatalkan puasanya, sedangkan dia tidak mengetahuinya.
Allah ta’ala berfirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui. (Qs. an-Nahl: 43)
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
Barangsiapa melakukan amalan yang tidak didasari perintah kami, amalan tersebut tertolak. (HR. Muslim)
Dan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.
Menuntut ilmu adalah kewajban bagi setiap muslim. (HR. al-Baihaqi)
[5]. Menyia-nyiakan waktu puasa dan malam harinya dengan sesuatu yang tidak bermanfaat, bahkan terkadang dengan sesuatu yang haram atau membahayakan.
Sebagian orang banyak tidur di siang hari dan tidaklah bangun kecuali menjelang berbuka puasa. Padahal, barangsiapa banyak tidur, dia terluput dari berbagai macam kebaikan. Sebagian lainnya, menghabiskan waktunya dengan menonton sinetron dan telenovela yang di dalamnya banyak wanita yang bertabarruj serta pemandangan yang menyelisihi adab dan syariat. Yang lainnya lagi, tidak meninggalkan berbagai pertandingan dan permainan bahkan mungkin saling bertaruhan sehingga termasuk judi yang diharamkan. Ada pula yang begadang dengan bermain kartu atau ngobrol yang tidak bermanfaat sehingga terjatuh pada sesuatu yang haram seperti ucapan kotor, ghibah dan namimah. Ada juga yang begadang dengan bernyanyi mempergunakan alat musik di bulan Qur’an! Yang lainnya, ada yang mondar-mandir di mall-mall atau jalanan. Di sisi lain, tidak sedikit ditemui banyak wanita tidur sampai siang hari kemudian bangun mengerjakan tugas rumah dan dapur sampai maghrib kemudian setelah berbuka puasa sibuk mendatangi dan duduk-duduk di mall-mall sampai larut malam.
Apa yang mereka ambil dari kebaikan bulan Ramadhan?
Apa yang mereka peroleh dari waktu-waktunya?
Di mana mereka dari petunjuk Rasulullah di bulan yang penuh berkah ini?
Padahal, beliau shallallahu ‘alahi wa sallam bersungguh-sungguh beribadah di bulan ini, melebihi kesungguhan beliau di bulan-bulan lainnya. Malaikat Jibril ‘alahi sallam memuroja’ahkan al-Qur`an kepada beliau setiap malam. Beliau beri’tikaf di masjid dan berpaling dari urusan dunia pada sepuluh hari terakhir dan sangat dermawan di bulan ini, serta menguatkan kaum muslimin untuk mengasihi para janda dan anak yatim, menyambung silaturrahim, memuliakan tetangga dan berbagai macam ketaatan lainnya.
Demikianlah seorang muslim hendaknya meneladani Rasulnya shallallahu ‘alahi wa sallam, sehingga memperbanyak membaca al-Qur’an, mentadabburi maknanya dan membaca tafsirnya, karena tidaklah cukup seorang yang telah baligh dan mukallaf itu hanya sekadar membaca tanpa mengetahui maknanya. Antusiaslah dalam mengikuti pelajaran dan majlis al-Qur’an dan al-Hadits! Dengarkanlah kaset yang bermanfaat! Bacalah kitab-kitab fiqih dan hadits! Bersungguh-sungguhlah dalam amal shalih, kebaikan dan ketakwaan! Ini bukan hanya sekadar di bulan Ramadhan. Akan tetapi, di bulan Ramadhan ini hendaknya seorang mukmin memperbanyak amalannya.
[6]. Memperbanyak makanan dan minuman serta berlebih-lebihan dengan beraneka ragam jenis makanan yang dapat menyebabkan seseorang menjadi kurang baik pencernaannya sehingga merasa berat untuk beribadah dan malas shalat dan membaca Al-Qur’an.
Ada yang mengatakan bahwa barangsiapa makan, minum dan tidurnya banyak, dia luput dari berbagai macam kebaikan. Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
مَا مَلأَ ابْنُ آدَمَ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسَبِ ابْنِ آدَمَ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ فَاعِلاً فَثُلُثُ لِطَعَامِهِ وَثُلُثُ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ.
Tidak ada tempat paling buruk yang dipenuhi isinya oleh manusia kecuali perutnya, karena sebenarnya cukup baginya beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Kalaupun dia ingin makan, hendaknya ia atur dengan cara sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya. (HR. Ahmad, an-Nasa`i dan at-Tirmidzi) [Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 2265]
Sebagian salaf berkata, “Allah menggabungkan seluruh kesehatan pada separuh ayat yaitu firman Allah ta’ala:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. (Qs. Al-A’raf: 31)
Barangsiapa berlebih-lebihan dalam makan dan minum, dia telah lalai dari salah satu hikmah puasa yaitu menghindarkan tubuh dari pengaruh makanan dan minuman yang bisa memberatkan tubuh.
[7]. Meng-awalkan waktu sahur dan meng-akhirkan berbuka puasa.
Ini menyelisihi apa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, yang beliau ini selalu mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka. Beliau shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الْفُطُوْرُ.
Manusia senantiasa dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka. (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Beliau shallallahu ‘alahi wa sallam mengkabarkan bahwa mengakhirkan berbuka adalah perbuatan Yahudi. Ketika menyemangati kaum muslimin untuk menyegerakan berbuka, beliau shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
فَإِنَّ الْيَهُوْدَ يُؤَخِّرُوْنَ.
Sesungguhnya orang-orang Yahudi selalu mengakhirkan (berbuka puasa).  (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah dengan sanad yang shahih)
Adapun mengakhirkan sahur adalah sunnah, sebagaimana dalam hadits Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, (beliau) berkata:
تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِىِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ . قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَالسَّحُوْرِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِيْنَ آيَةً.
Kami sahur bersama Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, kemudian beliau bangkit menuju shalat, aku bertanya, ‘Berapa jarak waktu antara adzan dan sahur?’ Dia menjawab, ‘Kira-kira lima puluh ayat.’ (HR. al-Bukhari)
Ada sebagian orang yang meninggalkan sahur dan makan ditengah malam. Hal ini sesungguhnya tidak sesuai dengan sunnah. Dari Abi Said al-Khudri radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
السُّحُورُ كُلُّهُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِيْنَ.
Sahur itu penuh dengan barakah. Maka, janganlah kalian meninggalkannya walaupun hanya dengan seteguk air, (karena) sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat kepada orang-orang yang sahur. (HR. Ahmad dengan sanad hasan)
[8]. Berpaling dari Memahami dan Mentadabburi Al-Qur’an.
Kebanyakan kaum muslimin membaca al-Qur’an dengan tidak memahami apa yang mereka baca. Bahkan, ketika terlintas hukum-hukum syar’iyah, dalil-dalil Qur’aniyyah, nasehat-nasehat yang agung dan perumpamaan-perumpamaan yang jelas, dia tidak mengetahui apa yang melintasinya. Dia tidak pula mengetahui makna kitab Allah yang turun kepadanya. Allah ta’ala berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat petunjuk. (Qs. Shad: 29)
Allah ta’ala mencela orang-orang yang berpaling dari mentadabburi al-Qur’an dalam firman-Nya:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Maka, apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an, ataukah hati mereka terkunci? (Qs. Muhammad: 24)
Allah ta’ala berfirman:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Apakah mereka tidak menghayati Al-Qur’an? Seandainya ( Al-Qur’an) itu bukan dari sisi Allah, pastilah mereka mendapat banyak hal yang bertentangan di dalamnya. (Qs. an-Nisa’: 82)
Allah ta’ala mengabarkan bahwasanya ini merupakan sifat kebanyakan orang Yahudi, Allah ta’ala berfirman:
وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. (Qs. al-Baqarah: 78)
Abu Ja’far Ibnu Jarir ath-Thabari berkata, “Maksud firman-Nya ( لا يعلمون الكتاب ) adalah tidak mengetahui apa-apa yang ada di dalam kitab yang diturunkan oleh Allah, dan tidak mengetahui apa-apa yang Allah tetapkan dari batasan, hukum dan kewajiban seperti kondisi para binatang.”
Abu Abdirrahman as-Sulami berkata, “Orang-orang yang membacakan Al-Qur’an kepada kami telah memberitakan bahwasanya apabila mereka mempelajari sepuluh ayat, mereka tidak melanjutkannya sampai mengetahui kandungan ilmu lalu mengamalkannya”. Beliau berkata, “Kami mempelajari al-Qur’an, ilmu dan mengamalkannya.”
[9]. Kebanyakan orang tua melalaikan anak-anaknya.
Mereka tidak menganjurkan anak-anaknya berpuasa dengan berdalih mereka masih kecil, masih belum mampu berpuasa. Perbuatan ini menyelisihi salaf as-shalih dari kalangan para sahabat dan setelahnya. Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ar-Rabi’ binti Mu’awidz berkata:
فَكُنَّا نَصُوْمُهُ بَعْدُ، وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا، وَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ، حَتَّى يَكُوْنَ عِنْدَ اْلإِفْطَارِ.
Kami berpuasa dan memerintahkan anak-anak kecil kami berpuasa. Kami membuatkan mereka mainan dari bulu. Maka, apabila mereka menangis karena lapar, kami berikan mainan itu kepadanya, sampai tiba waktu berbuka.
Dalam riwayat Muslim:
فَإِذَا سَأَلُوْا الطَّعَامَ أَعْطَيْنَاهُمُ اللُّعْبَةَ تُلْهِيْهِمْ حَتَّى يُتِمُّوْا صَوْمَهُمْ.
Apabila mereka meminta makan, kami berikan mainan yang dapat menyibukkannya sehingga mereka dapat menyempurnakan puasanya.
Maksudnya: Mereka membiasakan anak-anaknya berpuasa dan menyibukkan anak-anaknya dengan mainan dari bulu. Mereka melakukan hal itu sebagai upaya melatih anak-anak mereka untuk berpuasa. Anak kecil tidak disyaratkan berpuasa sehari penuh karena belum wajib. Akan tetapi, hendaknya orang tua membiasakan mereka berpuasa sesuai kemampuannya.
[10]. Dan semisal no.9: Sebagian wanita telah hHaidh di usia dini; sepuluh atau sebelas tahun, tetapi orang tuanya tidak memerintahkannya berpuasa dan beremehkan hal ini.
Ini merupakan kelalaian terhadap hukum-hukum syariat, karena haidh merupakan tanda-tanda baligh. Di saat wanita itu mulai haidh, di saat itulah ia mulai baligh. Telah berlaku baginya pena kebaikan dan kejahatan, serta wajib untuk melaksanakan ibadah.
Tanda-tanda baligh:
a. Keluar air mani karena mimpi atau yang lainnya.
b. Tumbuhnya bulu kemaluan.
c. Mencapai usia lima belas tahun.
d. Haidh bagi wanita.
Jika salah satu tanda di atas terdapat pada seseorang, ia telah menjadi mukallaf (diberi beban syariat -ed).
[11]. Melafazhkan niat Puasa.
Ini tidak memiliki asal dari sunnah yang suci, bahkan termasuk bid’ah yang diada-adakan. Niat merupakan salah satu syarat sahnya ibadah sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ.
Sesungguhnya amal perbuatan itu hanya tergantung pada niat. (HR. Muttafaqun ‘alaih)
Akan tetapi, niat itu tempatnya di hati sehingga cukup seseorang itu bangun untuk makan sahur, atau bertekad untuk berpuasa sebelum tidur, atau yang semisalnya (tanpa perlu melafadzkan niat di lisan-ed). Pada asalnya, niat ini berlaku selama satu bulan penuh, kecuali bagi orang yang berniat untuk berbuka karena dalam kondisi sakit atau safar. Dalam kedua kondisi tersebut, ia perlu memperbarui niat tatkala hendak berpuasa kembali.
**Dari Majalah Ommaty, Edisi 37 Ramadhan 1428 H
***
Oleh Syaikh Muhammad al-Hamud an-Najdi
Penerjemah: Ustadz Abu Ahmad Fuad Baraba’, Lc.
Artikel www.muslim.or.id 

Selasa, 24 Juli 2012

rabu 257 2012

besok hari yang mulai membungungkan untukku apa yang dilakukan:
ida bismillah saja:
1. harus ada di kemenag bale endah jam 13.00 tepat, sedang ngajar sampai jam 13.30
2. persiapan ukg
3. belanja pesenan baju
4. yang paling penting membersihkan hati

Sabtu, 21 Juli 2012

Qolbun Syakirun


Qolbun Syakirun

Jumat, 13 Juli 2012, 19:26 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu’alaikum di manapun Anda berada,

Selamat bergabung dalam acara intermezzo at Tafakur iHAQi atau sekilas renungan (Integrated Human Quotient) bersama saya erickyusuf. Dengan tema “Qolbun syakirun.”

Bismilahirahmannirahiim,

Qolbun syakirun dapat diartikan dengan Hati yang selalu bersyukur. Secara pemahaman luas bisa kita artikan selalu menerima dengan rasa bersyukur apapun yg telah Allah SWT berikan kepada kita dengan ikhlas.

Ada baiknya sebelum berlanjut kita bahas terlebih dahulu makna & definisi qolbu. Hati dinamakan Qolbun karena cepat dan dahsyatnya mengalami pergolakan atau berbolak-balik dan senantiasa terombang-ambing. Dalam hal ini Rosul SAW bersabda ;

Innama summayal qolbu min taqolubihi, innama ma tsalu qolbi kama tsali risyatin mu’allaqoti fii ashli syajaroti yuqollabuhar-royhu thohron libthn "Sesungguhnya dinamakan qolbun karena gampang berbolak-balik. Sesungguhnya perumpamaan hati adalah seperti bulu yang tergantung di atas pohon yang dapat di bolak-balikkan hembusan air, ke kiri dan ke kanan". (HR. Ahmad: 4/408 dan dalam Shohih Jami': 2365).

Di dalam riwayat lain disebutkan: Ma tsalu qolbi kama tsali risyatin bil ardhi fulati yuqollabuhar-royhu thohron libathn "Perumpamaan hati seperti bulu yang ada di tanah lapang yang di bolak-balikan oleh angin, ke kiri maupun ke kanan". (HR. Ibnu Abi 'Ashim dalam kitab Sunnah:227 dan isnadnya Shohih).

Sedangkan kata syukur terambil dari mashdar kata kerja syakaro – yasykuru- syukron. kata syakaro dapat diartikan ‘membuka’ sehingga ia merupakan lawan dari kata kafaro/kufur yang berarti ‘menutup’ atau ‘melupakan nikmat dan menutup-nutupinya’. Jadi, membuka atau menampakkan nikmat Allah SWT antara lain di dalam bentuk memberi sebahagian dari nikmat itu kepada orang lain, sedangkan menutupinya adalah dengan bersifat kikir.

Dari pengertian tersebut maka syakaro – yasykuru- syukron dapat juga diartikan mengandung makna antara lain pujian atas kebaikan dan penuhnya sesuatu. Pertama, pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh, yakni merasa ridho dan puas sekalipun hanya sedikit.

Kedua, kepenuhan dan ketabahan, seperti pohon yang tumbuh subur. kata syukur mengisyaratkan, “Siapa yang merasa puas dengan yang sedikit maka ia akan memperoleh sesuatu yang banyak, lebat, dan subur”. Al-Asfahani menyatakan bahwa kata syukur mengandung arti gambaran di dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan.

Dan dalam konteks Qolbun syakirun, pribadi atau hati yang selalu bersyukur, maka kita perlulah memahami salahsatunya ayat "Qod 'aflahal mu'minun" : sesungguhnya beruntunglah org2 yg beriman (Al mu’minun 23;1). Mengapa beruntung?. Karena setiap peristiwa apapun itu yg ditimpakan oleh Allah terhadap hambanya yang beriman adalah sebuah keberuntungan bagi dirinya. Apapun bentuknya. Tetapi kuncinya tentu jika hambanya ikhlas. Ikhlas dalam artian memurnikan. Yaitu “muklisina lahud din”: memurnikan keta'atan kepadaNYA dalam melaksanakan perintah dan larangan Alloh SWT dalam kesehariannya.

Ilustrasinya jika dia ditimpakan kesenangan, org yg beriman akan ikhlas & bersyukur dengan memuji Alloh. Seraya berdoa serta membagikan ridzki atau kesenangan atau nikmatnya kepada hamba lainnya. "Wa ammal bi ni'mati Rabbika fahaddist" : dan terhadap nikmat Tuhan-MU, maka hendaklah kamu sebarkan. (Ad Dhuha : 11).
Karena itu Alloh pun akan menambah rezekinya bagi orang-orang yg bersyukur. Seperti dinyatakan dalam surah Ibrahim ayat 7 ; "Wa iz ta'azzana rabbukum la'in syakartum la'azi dannakum wa la'in kafartum inna 'azabi lasyadid" : dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatku), maka sesungguhnya azab KU sangatlah pedih."

Dan jika Alloh menimpakan musibah kpdnya, maka merekapun bersimpuh, berdoa memohon kepadaNYA agar musibah tersebut menjadi penghapus dosa2nya, serta menjadikan mereka hamba-hamba yang selalu mengingat Allah. Karena beruntunglah orang-orang yang selalu mengingat Alloh. "Qod 'aflahaman tazakka, wa dzakaros ma Rabbihi fa sholla":  "sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri(dengan beriman) dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia Shalat atau berdoa." (Al 'Ala:14-15).
 
Dalam hadist dinyatakan bahwa : Rasullullah bersabda "janganlah kamu sekalian terlalu bersedih dan tetaplah berbuat kebaikan krn dlm setiap musibah yg menimpa seorg muslim terdapat penghapusan dosa bahkan bencana kecil yang menimpanya atau karena sebuah duri yang menusuknya." hadist yang diriwayatkan imam Muslim (shahih muslim no.4673)

Karena itulah beruntunglah setiap orang-orang yang mempunyai hati yang selalu bersyukur. Musibah sekecil apapun jika kita ikhlas menerimanya, InsyaAllah akan menjadi penghapus dosa-dosa kita. Kesedihan dan kesenangan adalah ujian, apapun yang kita alami didunia ini adalah ujian. Tinggal siapa dari kita yang ikhlas menghadapi semua ujian ini, dengan tetap beramal sholeh, berbuat kebaikan terhadap sesama dan selalu mengedepankan hati yang bersyukur.

"Alladzi kholaqol mauta wal hayyaata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalla: yang menjadikan mati dan hidup, agar supaya DIA menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya.” (Al Mulk ; 2)

Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik disisi ALLOH adalah yang mengamalkannya.

Subhanakallohuma wabihamdika, asyahadu laillahaila anta, wa astagfiruka wa atubu ilaik.U

Billahi taufik wal hidayah,  Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ustaz Erick Yusuf: Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)                                            
Twitter: @erickyusuf

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Dulu era sekitar 90’an, lagu “more than words” yang dinyanyikan grup band extreme sangat digandrungi anak-anak muda. Pada saat itu, kita butuh bukti bukan hanya janji.
Baik dalam kisah asmara, maupun dalam permasalahan lainnya. NATO (No Action Talk Only) atau istilah “omdo” alias omong doang, sudah mencuat dimana-mana karena memang pada realitanya kita tidak hanya membutuhkan lip service atau jejeteje (janji-janji tinggal janji). Sampai saat ini seakan-akan tema ini masih kontekstual mungkin malah lebih up to date.

Semangat “expresikan aksimu” dalam sebuah iklan di televisi seakan-akan mengubah kebiasaan omdo alias omong doang.

Memang seringkali petuah, wejangan, nasihat dan ajakan atau dakwah berhenti pada titik lisan. Para orangtua, orang yang dituakan, mpu, pemimpin, sampai dengan ustadz dan ulama berlomba-lomba dalam bicara, namun seringkali maaf agak “terpeleset”dalam amal perbuatan yang nyata.

Padahal keselarasan lisan dan amal sangatlah penting dalam Islam, sebagaimana ayat :“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak perbuat?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaff, 61 : 2-3) Oleh karena itu dalam era krisis kepercayaan saat ini, dakwah atau ajakan terasa baru menjangkau kepada orang  yang memang mencari atau dalam artian ingin “diajak”, belum menjangkau sampai taraf orang yang ogah mendengar bahkan membenci seruan kalimat-kalimat Allah dan RasulNYA.

Proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah dan sebagainya. Yang jelas, dakwah bil-halal atau nasihat perbuatan akan dapat mengubah sesuatu dengan nyata. Begitu pula dengan jiwa manusia. Memperbaikinya tidak cukup hanya dengan nasihat lisan saja, tapi harus diiringi dengan nasihat perbuatan. Jelasnya “actions, always speak louder than word”.

Dakwah ibarat pelita kehidupan, yang memberikan cahaya dan menerangi jalan kehidupan yang lebih baik, dari kegelapan menuju terang benderang. Dakwah sangat penting sifatnya apalagi mengingat negeri kita yang akhir-akhir ini seringkali dilanda musibah, kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi, kolusi dan manipulasi, ketimpangan sosial, krisis kepercayaan terhadap hukum dan keadilan.  Jelas bahwa dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan  sempurna.

Dakwah perbuatan,lebih mudah diikuti dan dipahami dari pada seruan lisan, yang  terkadang cenderung menggurui, masuk keranah perdebatan, dan membuat orang tersinggung. Sebenarnya hakikat para juru dakwah, adalah dengan menancapkan tegaknya amal perbuatan, bukan bertumpu pada keindahan ucapannya. Menurut imam Syafi’I ; “Pemberi petunjuk adalah siapa yang dapat menasihati saudaranya dengan perbuatannya”.

Sebagaiman ayat, “Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran, 3 : 104). Mungkin seharusnya kita semua sebagai pemimpin, atau para pemimpin kita, mulai lebih mengutamakan amal perbuatan dari pada sekedar ucapan.

Dikarenakan kita memang membutuhkan pemimpin yang dapat diteladani. Pemimpin yang FAST (fathonah, amanah, sidiq dan tabligh) dalam artian mempunyai kemampuan (fathonah), terpercaya (amanah), jujur (siddiq), aktif dan aspiratif (tabligh)sesuai dengan sifat Rasulullah SAW, sebagai uswatun hasanah.
Dalam hadis disebutkan; "Allah akan utus pada umat ini (umat Muhammad) di awal setiap 100 tahun seorang yang membaharui urusan agama", hadis ini dapat diartikan dengan munculnya pemimpin besar yang mengingatkan kita agar kembali kepada pedoman Alquran dan Sunnah. Namun janganlah kita kemudian lengah, lalu ogah bahkan tidak berusaha merubah dari mulai diri kita sendiri. Karena semua dari kita adalah pemimpin.

Kerinduan terhadap kejujuran dan amal sholeh sebenarnya sudah sangat memuncak saat ini. Dengan demikian kita rindu seorang katakanlah tidak perlu pemimpin besar dengan taraf “istana” atau pun kelas “gedongan”.
Saat ini kita bahkan rindu terhadap pemimpin-pemimpin kecil, kelas “rumahan”, pemimpin yang langsung berinteraksi dengan masyarakat, yang ada dijalanan, yang  ada dipasar-pasar, yang ada dikantor-kantor, pemimpin yang dapatmembuat kita merasa masihlah negeri ini mempunyai harapan.
Harapan akan munculnya pemimpin besar yang akan memimpin bukan hanya system pemerintahan negeri tetapi pemimpin akhlak ummat, yang mampu membawa kita semua dari kegelapan menuju cahaya yang terang-benderang. Dengan berpegang teguh kembali kepada pedoman Al Qur’an dan As Sunnah.

Oleh karena itu para juru dakwah, barisan penyeru kebaikan yang mungkin akan melahirkan pemimpin-pemimpin berakhlak islam, sekaligus kita semua. Serulah dengan amal perbuatan kita, bukan dengan lisan kita. Sebagaimana ayat, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia mengujikamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk, 67 : 2)

Sekali lagi, Action its more speak louder than words. More than words.

Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Ustaz Erick Yusuf: pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)


Terbeseki = Tersedak

Jumat, 22 Juni 2012,REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum Wr Wb

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Ini bukan judul bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mengapa? Begini awal ceritanya, teman saya Dani sprite atau Dani Jive, dulu ketika kita sedang makan, “kabesekan”(bahasa Sunda).

Bersama Almarhum Harry Roesli dan teman-teman lainnya, kita berupaya mencari apa kata “kabesekan” dalam bahasa Indonesia. Sulit sekali karena kita semua tidak pernah menyebutkan “kabesekan” dalam bahasa Indonesia. Akhirnya, karena saking penasarannya saya membuka Kamus bahasa Indonesia keesokan harinya dan kata yang saya cari adalah tersedak!

Berbicara masalah makanan menurut penelitian selain tidak boleh tergesa-gesa, jumlah kunyahannya pun setiap suapan sebaiknya 36 kali. Selain membantu meringankan kerja system pencernaan, yang menariknya lagi frekuensi pengunyahan yang banyak ini akan merangsang sinyal rasa kenyang dari susunan saraf pusat atau otak. Jadi, kita pun lebih mudah merasa kenyang dan tidak akan terlalu banyak dalam mengkonsumsi makanan.

Ya, Rasulullah SAW menegaskan bahwa penyakit itu banyak bersumber dari makanan. Karena itu kita harus mengatur isi perut kita agar tidak seluruhnya terisi makanan. Seperti dinyatakan dalam sebuah hadis, “Tidaklah Bani Adam memenuhi kantong yang lebih jelek dari perutnya, hendaknya Bani Adam makan sekedar menegakkan punggungnya, jika tidak bisa tidak (terpaksa) maka makanlah sepertiga makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya untuk nafasnya.” (HR. Tirmidzi)

Jika kita menela’ah lagi tentang makanan, dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman, “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”. (QS. ‘Abasa, 80 : 24)
Banyak sekali aspek yang dapat kita perhatikan dari makanan. Tapi mari kita mulai dari prosesnya, dari mana datangnya makanan itu di hadapan kita? Jika yang ada di hadapan kita Nasi, mari kita break down; jika kita makan di rumah berarti ada yang menanak nasi, sebelum itu pastilah berupa beras yang berarti ada yang menjualnya, sebelumnya ada yang memanen, menanam, kemudian tidaklah mungkin jika tidak ada air, berarti Allah harus menciptakan hujan, tidaklah mungkin jika tidak ada awan dan tidaklah mungkin jika tidak ada angin, angin terjadi karena dataran tinggi dan dataran rendah, belum faktor matahari tidaklah mungkin padi menguning jika tidak ada matahari, belum lagi faktor biji-bijian, faktor tanah, jika Allah tidak membelah tanah apa yang terjadi dan sebagainya-dan sebagainya. Prosesnya sangatlah rumit dan kompleks.

Subhanallah, Karena itulah sudah sepatutnya kita bersyukur jika ada makanan di hadapan kita, dengan proses yang begitu panjang sampai akhirnya makanan ada di hadapan kita dan seringkali kita lupa bersyukur kepada Allah, malahan mencela makanan dengan berbicara “wah ga enak gini makanannya”, atau “apaan nih”. Masya Allah padahal masalah ramuan terlalu asin atau bukan itu salah yang masaknya, kenapa makanannya yang dicela?

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., “Nabi Saw tidak pernah mencela setiap makanan (yang dihidangkan kepadanya), tetapi jika ia menyukainya akan dimakannya, sebaliknya jika tidak, Nabi Saw akan meninggalkannya (tanpa memperlihatkan ketidaksukaannya).”

Satu hal lagimakanan yang kita makan itu tidaklah akan masuk ke perut jika tidak ada gaya gravitasi bumi, artinya tatanan dan keteraturan langit yang menyebabkan gaya gravitasipun Allah atur hanya sekedar untuk kepentingan kita makan. Dan dalam (QS. Al Jaatsiyah, 45 : 13),  “Dan Dia telah menundukan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari padaNYA. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”.

Subhanallah. Bagi kaum yang “berfikir.” Atau tafakkarun artinya bertafakur. Mari kita tafakuri, dengan makanpun kita bisa berdzikir dalam artian menghadirkan Allah ke dalam benak, agar kita bisa bersyukur dan bertaqorub atau lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Karena itu tidaklah mengherankan jika kita akan makan hendaklah kita berdoa; “Ya Allah, berilah berkah dari rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan jauhkanlah kami dari siksa neraka”.
Seorang teman bertanya apa hubungan makan dengan adzab neraka? maka dari padanya ayat “maka hendaklah manusia memperhatikan makanannya” itu bisa juga dipahami dengan bagaimana manusia mendapatkan makanan tersebut, dengan cara seperti apa? Tangan kiri atau tangan kanan. Kemudian makanan apa yang dimakan, apakah yang termasuk “halaalan thoyyiban”, dan lain sebagainya.

Inilah kesempurnaan agama Islam, tata cara makananpun secara detail dari mulai hakikatnya, menanam hingga memanennya, adab & tata caranya, bentuk, rasa dan jenisnya, seluruhnya telah diatur rapih oleh Allah dan RasulNYA. Inilah “diin” atau tata cara kita melakukan keseharian kita secara selamat sekaligus berserah diri kepada aturan Allah SWT, karena hanya berserah diri kepada Allahlah kita bisa selamat.

Selamat makan, selamat berdzikir, dan selamat bersyukur, hati-hati kabesekan, alias terbeseki alias tersedak!

Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Ustaz Erick Yusuf: Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)       
Twitter: @erickyusuf


6 Hal Sunnah Puasa

bulan ramadhan 1433 hijriyah/juli2012
alhamdulillah, masih diberi waktu untuk menikmati bulan melimpah berkah, pintu jannah terbuka ditawarkan dengan mudah, dan harus memperbanyak taubat karena ALLAH senang akan hal itu.

6 Hal Sunnah Puasa

Posted by • 19/07/2012
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Berikut beberapa hal yang disunnahkan ketika puasa. Semoga kita bisa mengamalkannya.
1. Mengakhirkan Sahur
Disunnahkan bagi orang yang hendak berpuasa untuk makan sahur. Al Khottobi mengatakan bahwa makan sahur merupakan tanda bahwa agama Islam selalu mendatangkan kemudahan dan tidak mempersulit.[1] Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَصُومَ فَلْيَتَسَحَّرْ بِشَىْءٍ
Barangsiapa ingin berpuasa, maka hendaklah dia bersahur.”[2]
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan demikian karena di dalam sahur terdapat keberkahan. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً
Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.”[3] An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Karena dengan makan sahur akan semakin kuat melaksanakan puasa.”[4]
Makan sahur juga merupakan pembeda antara puasa kaum muslimin dengan puasa Yahudi-Nashrani (ahlul kitab). Dari Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ
Perbedaan antara puasa kita (umat Islam) dan puasa ahlul kitab terletak pada makan sahur.”[5] At Turbasyti mengatakan, “Perbedaan makan sahur kaum muslimin dengan ahlul kitab adalah Allah Ta’ala membolehkan pada umat Islam untuk makan sahur hingga shubuh, yang sebelumnya hal ini dilarang pula di awal-awal Islam. Bagi ahli kitab dan di masa awal Islam, jika telah tertidur, (ketika bangun) tidak diperkenankan lagi untuk makan sahur. Perbedaan puasa umat Islam (saat ini) yang menyelisihi ahli kitab patut disyukuri karena sungguh ini adalah suatu nikmat.”[6]
Sahur ini hendaknya tidak ditinggalkan walaupun hanya dengan seteguk air sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى المُتَسَحِّرِينَ
Sahur adalah makanan yang penuh berkah. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkannya sekalipun hanya dengan minum seteguk air. Karena sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur.”[7]
Disunnahkan untuk mengakhirkan waktu sahur hingga menjelang fajar. Hal ini dapat dilihat dalam hadits berikut. Dari Anas, dari Zaid bin Tsabit, ia berkata,
تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قُمْنَا إِلَى الصَّلاَةِ. قُلْتُ كَمْ كَانَ قَدْرُ مَا بَيْنَهُمَا قَالَ خَمْسِينَ آيَةً.
Kami pernah makan sahur bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian kami pun berdiri untuk menunaikan shalat. Kemudian Anas bertanya pada Zaid, ”Berapa lama jarak antara adzan Shubuh[8] dan sahur kalian?” Zaid menjawab, ”Sekitarmembaca 50 ayat”.[9] Dalam riwayat Bukhari dikatakan, “Sekitar membaca 50 atau 60 ayat.”
Ibnu Hajar mengatakan, “Maksud sekitar membaca 50 ayat artinya waktu makan sahur tersebut tidak terlalu lama dan tidak pula terlalu cepat.” Al Qurthubi mengatakan, “Hadits ini adalah dalil bahwa batas makan sahur adalah sebelum terbit fajar.”
Di antara faedah mengakhirkan waktu sahur sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar yaitu akan semakin menguatkan orang yang berpuasa. Ibnu Abi Jamroh berkata, “Seandainya makan sahur diperintahkan di tengah malam, tentu akan berat karena ketika itu masih ada yang tertidur lelap, atau barangkali nantinya akan meninggalkan shalat shubuh atau malah akan begadang di malam hari.”[10]
Bolehkah Makan Sahur Setelah Waktu Imsak (10 Menit Sebelum Adzan Shubuh)?
Syaikh ‘Abdul Aziz bin ‘Abdillah bin Baz –pernah menjabat sebagai ketua Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi fatwa Saudi Arabia)- pernah ditanya, “Beberapa organisasi dan yayasan membagi-bagikan Jadwal Imsakiyah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Jadwal ini khusus berisi waktu-waktu shalat. Namun dalam jadwal tersebut ditetapkan bahwa waktu imsak (menahan diri dari makan dan minum, -pen) adalah 15 menit sebelum adzan shubuh. Apakah seperti ini memiliki dasar dalam ajaran Islam? “
Syaikh rahimahullah menjawab:
Saya tidak mengetahui adanya dalil tentang penetapan waktu imsak 15 menit sebelum adzan shubuh. Bahkan yang sesuai dengan dalil Al Qur’an dan As Sunnah, imsak (yaitu menahan diri dari makan dan minum, -pen) adalah mulai terbitnya fajar (masuknya waktu shubuh). Dasarnya firman Allah Ta’ala,
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (QS. Al Baqarah: 187)
Juga dasarnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الفَجْرُ فَجْرَانِ ، فَجْرٌ يُحْرَمُ الطَّعَامُ وَتَحِلُّ فِيْهِ الصَّلاَةُ ، وَفَجْرٌ تُحْرَمُ فِيْهِ الصَّلاَةُ (أَيْ صَلاَةُ الصُّبْحِ) وَيَحِلُّ فِيْهِ الطَّعَامُ
“Fajar ada dua macam: [Pertama] fajar diharamkan untuk makan dan dihalalkan untuk shalat (yaitu fajar shodiq, fajar masuknya waktu shubuh, -pen) dan [Kedua] fajar yang diharamkan untuk shalat shubuh dan dihalalkan untuk makan (yaitu fajar kadzib, fajar yang muncul sebelum fajar shodiq, -pen).” (Diriwayatakan oleh Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro no. 8024 dalam “Puasa”, Bab “Waktu yang diharamkan untuk makan bagi orang yang berpuasa” dan Ad Daruquthni dalam “Puasa”, Bab “Waktu makan sahur” no. 2154. Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim mengeluarkan hadits ini dan keduanya menshahihkannya sebagaimana terdapat dalam Bulughul Marom)
Dasarnya lagi adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ بِلاَلاً يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ
Bilal biasa mengumandangkan adzan di malam hari. Makan dan minumlah sampai kalian mendengar adzan Ibnu Ummi Maktum.” (HR. Bukhari no. 623 dalam Adzan, Bab “Adzan sebelum shubuh” dan Muslim no. 1092, dalam Puasa, Bab “Penjelasan bahwa mulainya berpuasa adalah mulai dari terbitnya fajar”). Seorang periwayat hadits ini mengatakan bahwa Ibnu Ummi Maktum adalah seorang yang buta dan beliau tidaklah mengumandangkan adzan sampai ada yang memberitahukan padanya “Waktu shubuh telah tiba, waktu shubuh telah tiba.”[11]
2. Menyegerakan berbuka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.”[12]
Dalam hadits yang lain disebutkan,
لَا تَزَالُ أُمَّتِى عَلَى سُنَّتِى مَا لَمْ تَنْتَظِرْ بِفِطْرِهَا النُجُوْمَ
Umatku akan senantiasa berada di atas sunnahku (ajaranku) selama tidak menunggu munculnya bintang untuk berbuka puasa.”[13] Dan inilah yang ditiru oleh Rafidhah (Syi’ah), mereka meniru Yahudi dan Nashrani dalam berbuka puasa. Mereka baru berbuka ketika munculnya bintang. Semoga Allah melindungi kita dari kesesatan mereka.[14]
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum menunaikan shalat maghrib dan bukanlah menunggu hingga shalat maghrib selesai dikerjakan. Inilah contoh dan akhlaq dari suri tauladan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّىَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada rothb, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka denganseteguk air.”[15]
3. Berbuka dengan kurma jika mudah diperoleh atau dengan air.
Dalilnya adalah hadits yang disebutkan di atas dari Anas. Hadits tersebut menunjukkan bahwa ketika berbuka disunnahkan pula untuk berbuka dengan kurma atau dengan air. Jika tidak mendapati kurma, bisa digantikan dengan makan yang manis-manis. Di antara ulama ada yang menjelaskan bahwa dengan makan yang manis-manis (semacam kurma) ketika berbuka itu akan memulihkan kekuatan, sedangkan meminum air akan menyucikan.[16]
4. Berdo’a ketika berbuka
Perlu diketahui bersama bahwa ketika berbuka puasa adalah salah satu waktu terkabulnya do’a. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi.”[17] Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.[18]
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka beliau membaca do’a berikut ini,
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)[19]
Adapun do’a berbuka,
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka)[20] Do’a ini berasal dari hadits hadits dho’if (lemah).
Begitu pula do’a berbuka,
اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka), Mula ‘Ali Al Qori mengatakan, “Tambahan “wa bika aamantu” adalah tambahan yang tidak diketahui sanadnya, walaupun makna do’a tersebut shahih.[21] Sehingga cukup do’a shahih yang kami sebutkan di atas (dzahabazh zhomau …) yang hendaknya jadi pegangan dalam amalan.
5. Memberi makan pada orang yang berbuka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”[22]
6. Lebih banyak berderma dan beribadah di bulan Ramadhan
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ جِبْرِيلُ - عَلَيْهِ السَّلاَمُ - يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِى رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ ، يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - الْقُرْآنَ ، فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ - عَلَيْهِ السَّلاَمُ - كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling gemar melakukan kebaikan. Kedermawanan (kebaikan) yang beliau lakukan lebih lagi di bulan Ramadhan yaitu ketika Jibril ‘alaihis salam menemui beliau. Jibril ‘alaihis salam datang menemui beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur'an) hingga Al Qur'an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Apabila Jibril ‘alaihi salam datang menemuinya, beliau adalah orang yang lebih cepat dalam kebaikan dari angin yang berhembus.”[23]
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih banyak lagi melakukan kebaikan di bulan Ramadhan. Beliau memperbanyak sedekah, berbuat baik, membaca Al Qur’an, shalat, dzikir dan i’tikaf.”[24]
Dengan banyak berderma melalui memberi makan berbuka dan sedekah sunnah dibarengi dengan berpuasa itulah jalan menuju surga.[25] Dari ‘Ali, ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
« إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا ». فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ »
"Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya." Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, "Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?" Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: "Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari diwaktu manusia pada tidur."[26]
Semoga sajian ini bermanfaat. Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihaat.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

[1] ‘Aunul Ma’bud, 6/336.
[2] HR. Ahmad 3/367. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini derajatnya hasan dilihat dari jalur lainnya, yaitu hasan lighoirihi.
[3] HR. Bukhari no. 1923 dan Muslim no. 1095.
[4] Al Majmu’, 6/359.
[5] HR. Muslim no. 1096.
[6] ‘Aunul Ma’bud, 6/336.
[7] HR. Ahmad 3/12, dari Abu Sa’id Al Khudri. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya.
[8] Yang dimaksudkan dengan adzan di sini adalah adzan kedua yang dilakukan oleh Ibnu Ummi Maktum, sebagai tanda masuk waktu shubuh atau terbit fajar (shodiq). (Lihat Fathul Bari, 2/54)
[9] HR. Bukhari no. 575 dan Muslim no. 1097.
[10] Lihat Fathul Bari, 4/138.
[11] Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 15/281-282.
[12] HR. Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098, dari Sahl bin Sa’ad.
[13] HR. Ibnu Hibban 8/277 dan Ibnu Khuzaimah 3/275. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.
[14] Lihat Shifat Shoum Nabi, hal. 63.
[15] HR. Abu Daud no. 2356 dan Ahmad 3/164. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
[16] Lihat Kifayatul Akhyar, hal. 289.
[17] HR. Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[18] Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7/194.
[19] HR. Abu Daud no. 2357. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[20] HR. Abu Daud no. 2358, dari Mu’adz bin Zuhroh. Mu’adz adalah seorang tabi’in. Sehingga hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus). Hadits mursal merupakan hadits dho’if karena sebab sanad yang terputus. Syaikh Al Albani pun berpendapat bahwasanya hadits ini dho’if. (Lihat Irwaul Gholil, 4/38)
Hadits semacam ini juga dikeluarkan oleh Ath Thobroni dari Anas bin Malik. Namun sanadnya terdapat perowi dho’if yaitu Daud bin Az Zibriqon, di adalah seorang perowi matruk (yang dituduh berdusta). Berarti dari riwayat ini juga dho’if. Syaikh Al Albani pun mengatakan riwayat ini dho’if. (Lihat Irwaul Gholil, 4/37-38)
Di antara ulama yang mendho’ifkan hadits semacam ini adalah Ibnu Qoyyim Al Jauziyah. (Lihat Zaadul Ma’ad, 2/45)
[21] Mirqotul Mafatih, 6/304.
[22] HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dari Zaid bin Kholid Al Juhani. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[23] HR. Bukhari no. 1902 dan Muslim no. 2308.
[24] Zaadul Ma’ad, 2/25.
[25] Lihat Lathoif Al Ma’arif, 298.
[26] HR. Tirmidzi no. 1984. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.

tuk hati tetaplah berdzikir kepada ALLAH

"harus berdamai dengan hati"
"belajar menjadi kendali buat nafs"
YA ALLAH tiada daya dan upaya kecuali pertolonganMU
"dan ketentuanMu adalah benar, jadikan selalu baik
dan aku ridho untuk itu"
//tetapkan kembali tujuan//
sahur ke 2 ramadhan 1433h

sabtu 21712 ditulis minggu 22712
tuk diri yang menyadari ini tidak seperti bayang dan angan
tuk diri yang tidak menyangka bahwa melepaskannya ternyata butuh energi dan keberanian
tuk diri yang semakin takut akan hari bila akhirnya lebih baik mengatakan
tuk diri yang mungkin pengecut
tuk diri yang takut apa yang di inginkan pun tidak jelas
yang tahu selalu ada lintasan di otak tentang namanya
semoga ada jalan apa akan hilang lepas
semoga ada jalan untuk suatu yang baik untukku apapun itu
semoga langkahku selalu dalam ridho ALLAH, walaupun aku bodoh sekali untuk ini dan karena ini
bersiaplah selalu dengan memohon pertolongan ALLAH SWT

Rabu, 18 Juli 2012

6 Persoalan Hidup Menurut Al-Ghazali


6 Persoalan Hidup Menurut Al-Ghazali

Redaksi II | Rabu, 11 Juli 2012 - 11:16:26 WIBEramuslim.com | Media Islam Rujukan,
Oleh : Yurizal 
Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu ia bertanya kepada mereka, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi menurut Imam Ghozali yang paling dekat dengan manusia adalah "mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Lihat QS. Ali Imran ayat 185)

Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid -muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "masa lalu". Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu" (Al A'Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka. 

Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?". Ada yang menjawab dengan jawaban, baja, besi, dan gajah. "Semua jawaban hampir benar," kata Imam Ghozali, "tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 72.

Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?". Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan sholat. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan solat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat.

Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. 

yurizal@tm.net.my

Waspadai Ketika HP


Waspadai Ketika HP Kita Berdering!

Redaksi | Selasa, 17 Juli 2012 - 08:12:53 WIB |
Eramuslim.com | Media Islam Rujukan,
Sering dalam keseharian hidup di negeri yang penduduknya mayoritas non muslim, kita sibuk memilih memilah dan memikirkan apa-apa yang masuk kedalam mulut, yang mengalir melalui kerongkongan, dan yang singgah di perut, apakah itu barang haram atau halal.

Tak sadar 24 jam diri terjaga bertanya, waspada kalau ada barang haram yang masuk kedalam perut kita. Tiap aktivitas yang berhubungan dengan perut selalu kita jaga untuk selalu menghindari barang haram. Contohlah, dalam berbelanja, ketika di supermarket, berbagai bungkusan makanan yang mau dibeli disigi, ditelisik tiap tulisan yang tertera jangan-jangan ada E471nya (emulgator yang mengandung ekstrak daging babi) atau tulisan-tulisan aneh yang mengundang rasa curiga. Kapan perlu penjaga toko pun dipanggil, ditanya, ini artinya apa, itu maksudnya apa. Belum lagi kalau mau beli ayam sepotong, diri sibuk sana sini bertanya di mana toko Turki atau Maroko yang menjual daging halal, jarak jauh 40 menit pun dengan bersepeda tidak masalah, asal mendapatkan daging halal. Belumlah lagi jikalau ada undangan makan, baik resmi maupun tak resmi, langsung memilih makanan vegetarian. Itulah, mulut selalu kita jaga kehalalannya.

Tetapi tengoklah jiwa, selungilah mata hati dan pikiran, ternyata pintu-pintu haram yang sembunyi-sembunyi memasuki rumah diri kita sering lewat melalui pintu ini. Barang haram masuk tanpa kita sadari, tanpa pernah kita merasakan , kadang terjadi secara otomatis tanpa bisa disadari. Salah satu pintu itu namanya lidah. Pintu-pintu yang lain adalah mata, telinga, mulut, kaki, tangan, kemaluan, hati dan pikiran. Soal lidah, terjagakah lidah ini ketika berada asyik bercengkrama membicarakan orang.

Dari kesemua pintu ini, pintu yang sulit deteksi oleh orang lain yang tak tampak oleh mata ketika dimasuki benda asing adalah pintu HP (hati dan pikiran). Orang lain bisa mengingatkan ketika pintu mulut mau menelan barang haram. Orang lain bisa menegur saat pintu telinga asyik menguping pembicaraan yang haram. Pintu kaki dan tangan bisa dengan mudah dikenali mau kemana. Tetapi soal pintu HP hanyalah yang punya HP dan Allah SWT sang Maha Pembuatnya sajalah yang tahu kapan dia membuka dan menutup. Pernahkah kita bayangkan betapa dahsyatnya pintu HP ini jika terbuka, mengelana dan mengembara, tanpa dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Melalu pintu ini hal-hal yang dilarang oleh agama, yang diharamkan sering berseliweran tanpa disadari.

Bayangan itu bisa dimasuki tamu masa silam, tamu masa sekarang bahkan oleh tamu masa datang. Contoh sederhananya, pintu ini bisa terbuka ketika pintu mata dimasuki seorang wanita yang kebetulan lewat didepan hidung dengan bau parfum yang aduhai, dari pintu mata dengan mudah pintu HP bisa terbuka menganga, setelah daun pintunya bergoyang-goyang disenggol bayangan romantis yang tidak-tidak, sehingga tak sadar dia tiba-tiba sudah menerobos merasuki rumah tubuh dan jiwa.

Pintu mulut sering kita jaga dari kemasukan benda-benda haram, tetapi pintu HP sering kita sepelekan menguncinya rapat-rapat dari terjangan tamu-tamu haram yang tak diundang. Ponsel atau HP sering kita hidupkan jangan sampai kelamaan mati, takut kalau ada call yang masuk. Tapi pintu HP, mungkin kita tak selalu serius mengawasinya dari call yang tak diundang. Kadang-kadang ketika duduk di mesjid mendengar ceramah pun dia masih saja mau menerima call soal gossip yang tidak-tidak. Kalau sudah begini, konsistenkah diri kita untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang haram ?

Beruntunglah kita, sebentar lagi bulan Ramadhan akan tiba, semoga kita dilatih untuk mengawasi pintu HP ini. Karena dari pintu ini lah jalan masuknya nafsu dan syahwat. Kalau pintu ini selalu kita rawat dan jaga dengan serius dan teliti, si tamu nafsu dan syahwat tak bisa lagi masuk semaunya. Lain halnya, jika pintu ini tidak kita urus, sehingga mor-mornya karatan, untuk menutup pun tak bisa, walhasil si tamu nafsu dan syahwat dengan leluasa masuk mengacak-acak rumah tubuh dan jiwa kita sampai kumuh, sehingga sukar untuk dibersihkan sebersih-bersihnya lagi.

Semoga kita sudah berani yakin, bahwa HP kita ini sudah bisa otomatis mereject call haram yang mengetuk dan sebaliknya selalu siap menerima call halal yang masuk. Amin.

Ahdar, 
ahdar_2000@yahoo.com

Eindhoven

Subhanallah... betapa saya selama ini tak pernah membaca ayat yang begini indah. Lantas, berapa banyak lagi ayat yang belum dan tidak terbaca oleh pikiran saya yang lemah ini?

Sungguh, ilmu dan ayat Allah tak akan selesai ditulis kendati laut diubah menjadi tinta dan digunakan untuk menulisnya, bahkan jika didatangkan satu laut lagi sebagai tinta, dan satu laut lagi sebagai tinta, dan....

Allah, pandang-Mu sajalah pandang yang tak terhalang. Ilmu-Mu saja ilmu yang tak berujung. Setiap yang didapati pada manusia, hanyalah sepersekian debu-Mu. Ampunilah kesombongan dan kelemahan kami. Amin.

Kata-kata Hikmah Khulafaur Rasyidin

Redaksi | Kamis, 12 Juli 2012 - 09:21:49 WIBEramuslim.com | Media Islam Rujukan,

Abu Bakar radhiallahu anhu berkata: 

Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang membinasakan, yaitu: 

1. Ia akan mati dan hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu dibelanjakan bukan pada tempatnya atau; 

2. Hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang zalim atau; 

3. Hartanya menjadi rebutan orang-orang jahat dan akan dipergunakan untuk kejahatan pula atau; 

4. Adakalanya harta itu akan dicuri dan dipergunakan secara berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna 


Umar bin Khattab radhiallahu anhu berkata

Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang menyintai akhirat, dunia pasti menyertainya. Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga. 


Utsman bin Affan radhiallahu anhu berkata

Antara tanda-tanda orang yang bijaksana itu ialah: 

1. Hatinya selalu berniat suci 

2. Lidahnya selalu basah dengan zikrullah 

3. Kedua matanya menangis kerana penyesalan (terhadap dosa) 

4. Segala perkara dihadapaiya dengan sabar dan tabah 

5. Mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. 


Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata: 

1. Tiada solat yang sempurna tanpa jiwa yang khusyu'. 

2. Tiada puasa yang sempurna tanpa mencegah diri daripada perbuatan yang sia-sia. 

3. Tiada kebaikan bagi pembaca al-Qur'an tanpa mengambil pangajaran daripadanya. 

4. Tiada kebaikan bagi orang yang berilmu tanpa memiliki sifat wara' (memelihara diri dan hati-hati dari dosa) 

5. Tiada kebaikan mengambil teman tanpa saling sayang-menyayangi. 

6. Nikmat yang paling baik ialah nikmat yang kekal dimiliki. 

7. Doa yang paling sempurna ialah doa yang dilandasi keikhlasan. 

8. Barangsiapa yang banyak bicara, maka banyak pula salahnya, siapa yang banyak salahnya, maka hilanglah harga dirinya, siapa yang hilang harga dirinya, berarti dia tidak wara', sedang orang yang tidak wara' itu berarti hatinya mati. 




Minggu, 15 Juli 2012

Pojok Arifin Ilham

Siapa Orang Tertenang itu?

Sabtu, 14 Juli 2012, 17:00 WIB
REPUBLIKA
Siapa Orang Tertenang itu?Sahabatku, mengapa orang beriman jauh dari stress, frustasi apalagi bunuh diri (kecuali orang kafir QS 3:185)?

Karena orang beriman yakin segala peristiwa, Allah putuskan dengan rahmat, ilmu dan kebijakannya, berarti segala peristiwa ada rahmat dan hikmah-Nya (QS 57:22).

Sakit itu ampunan dosa, musibah itu derajat, kematian itu ridho-Nya, masalah demi masalah "tarbiyatur rabbani" pengajaran-Nya... pantaslah Rasulullah menyebut orang beriman itu "Sakkaanun" manusia tertenang dari goncangn dunia, SubhanAllah.

Allahumma ya Allah hamba bukan menolak takdir ujian-Mu, takdir Mu adalah takdir-Mu, tetapi mohon beri hamba "al lutfu" kekuatan, kesabaran, keikhlasan dan kecerdasan menangkap bahasa hikmah dibalik semua takdir-Mu... Aamiin.


Jadilah Orang Berilmu

Jumat, 13 Juli 2012, 07:00 WIB
"Simaklah Kalam Allah ini dengan iman, “Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?" Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran". (QS 39 : 9). “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS 58 :11).
Rasulullah bersabda, "Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim". (HR. Ibnu Majah), "Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari ilmu, niscaya dengan hal itu Allah jalankan dia di atas jalan di antara jalan-jalan Syurga. Sesungguhnya para Malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena ridho kepada pencari ilmu agama. Sesungguhnya seorang alim itu dimintakan ampun oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air. Sesungguhnya keutamaan seorang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama daripada seluruh bintang-bintang.

Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak". (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah & Ahmad).

SubhanAllah, inilah yang selalu membuat kita senang belajar dan belajar, Insya Allah... Aamiin".
Redaktur: Slamet Riyanto


Kamis, 05 Juli 2012

Junk Food Bikin Otak Rusak


Junk Food Bikin Otak Rusak


Ghiboo.com - Menjamurnya restoran junk food membuat tingkat konsumtif akan makanan itu meningkat. Makanan tak sehat yang mengandung kalori dan lemak jenuh tinggi ini memiliki dampak negati lebih selain buruk bagi kesehatan jantung.

Mulai kini berpikirlah dua kali untuk mengonsumsinya. Zeenews.india.com pada awal Januari 2012 mengungkapkan sebuah penelitian yang menunjukkan kandungan lemak jenuh tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada otak.

Peneliti dari University of Washington School of Medicine mengamati otak tikus yang dipelihara dan kemudian diberikan makanan dengan lemak tinggi.

Tikus mengalami cedera pada hipotalamus, sebuah area otak yang mengontrol nafsu makan, termasuk keinginan untuk makan dan memberikan sinyal untuk berhenti makan ketika perut sudah terasa penuh.

Penelitian juga menemukan tanda-tanda kerusakan di daerah otak yang sama pada orang yang mengalami kegemukan. Peneliti Michael Schwartz beranggapan bahwa obesitas juga berhubungan dengan peradangan di hipotalamus.

Para peneliti lalu membandingkan tikus yang diberi makanan berlemak tinggi dengan tikus yang diberi makanan biasa selama empat minggu. Pada minggu pertama, peneliti menemukan gliosis pada tikus yang diberi makanan berlemak tinggi, pertumbuhan berlebihan dari sel-sel yang merupakan sebuah tanda bahwa otak telah mencoba untuk menyembuhkan diri dari cedera.

Peneliti juga menemukan bahwa meskipun perbaikan otak itu efektif, peradangan di gliosis terus bertambah selama hewan tetap makan makanan berlemak tinggi.

Selain itu, hasil scan otak dari 34 orang sehat, mulai dari gendut hingga kurus, mengungkapkan bahwa hubungan antara berat badan dan gliosis manusia mirip dengan apa yang ditemukan pada tikus.

10 Mitos dan Fakta Seputar Strategi Diet dan Fitness Yahoo She

10 Mitos dan Fakta Seputar Strategi Diet dan Fitness

Oleh: SHAPE magazine | Healthy Living

Mitos 1: Makan di malam hari membuat gemuk

Fakta:
Jika asupan kalori Anda secara keseluruhan sesuai untuk penurunan berat badan atau menjaga kondisi tubuh, mungkin makan setelah makan malam akan memberi manfaat, ujar Joni Rampolla, RD, Director of Nutritioin and Wellness untuk Medifast.

Kalori pada malam hari akan dipakai pada hari berikutnya (dan bahkan ketika Anda tidur). Untuk tetap menjaga kadar tinggi energi Anda, lebih baik sebarkan kalori pada siang hari ketika tubuh Anda membutuhkan bahan bakar. Makanlah sesuatu setiap dua atau tiga jam. Hal ini akan menstabilkan kadar gula darah dan membantu Anda untuk merasa kenyang dan berenergi sepanjang hari.

Jika Anda membutuhkan camilan di malam hari, batasi hingga 200 kalori atau kurang.

Mitos 2: Rasa lapar adalah tanda Anda membutuhkan makanan

Fakta:
Tubuh biasanya mengirim sinyal lapar ketika kekurangan cairan (dehidrasi), jam tidur berubah, atau merasakan lapar secara psikologis. Jika Anda tidak minum cukup air atau tidur dengan cukup, hal tersebut akan membuat Anda merasa lapar, bahkan ketika Anda masih kenyang, ujar Rampolla.

Mitos 3: Menurunkan berat badan lebih sulit daripada menaikkannya

Fakta:
Lebih dari 90 persen orang yang berdiet memperoleh kembali berat badan yang mereka turunkan sesudah mereka “menyelesaikan” rencana diet mereka, ujar Rampolla. Jika Anda melanjutkan makan makanan yang Anda konsumsi sebelum turun berat badan, berat badan Anda akan kembali naik dan bahkan melebihi dari biasanya.

Alasannya: Setelah turun berat, tubuh Anda yang lebih langsing membutuhkan kalori yang lebih sedikit. Ditambah, jika rencana diet Anda tidak memasukkan protein yang cukup, Anda mungkin akan kehilangan massa otot, dan menimbun lemak. Kenapa itu buruk: Otot membakar lebih banyak kalori daripada lemak, jadi kehilangan otot akan membuat metabolisme Anda lebih lambat.

Setiap hari, buatlah keputusan yang tepat untuk tetap berada di jalan yang benar dengan gaya hidup yang lebih sehat. Menjaga pola makan yang sehat merupakan komitmen seumur hidup dan membutuhkan kegigihan yang kuat, ujar Rampolla.

Mitos 4: Olahraga membuat Anda letih

Fakta
: Seiring dengan tubuh yang semakin terbentuk, kebanyakan orang merasa bahwa olahraga memberi mereka lebih banyak energi daripada sebelumnya. Berolahraga secara teratur juga dapat membantu melawan rasa letih, memperbaiki kualitas tidur dan mengelola stress Anda, ujar Gina Crome, MS, MPH, RD dan pelatih Top 10 FitOrbit.com.

Mitos 5: Berolahraga merupakan komitmen yang memakan banyak waktu

Fakta:
Untuk tetap menjaga berat badan sehat, Anda dapat berolahraga setidaknya 20-40 menit beberapa hari dalam sepekan. Jika tujuan Anda adalah untuk menurunkan berat badan, Anda dianjurkan untuk berolahraga selama 45 hingga 60 menit setiap hari, ujar Crome.

Anda tidak perlu berolahraga sekaligus dalam satu sesi. Kebanyakan dari kita dapat menggunakan waktu luang 5-10 menit di waktu yang berbeda dalam satu hari. Menggunakan waktu luang dalam satu hari untuk berolahraga akan membuatnya menjadi kebiasaan dalam gaya hidup sehat Anda.

Mitos 6: Melatih bagian bawah tubuh Anda

Fakta:
Jenis olahraga yang Anda lakukan tidak memengaruhi jumlah sel lemak di area tertentu tubuh Anda, ujar Crome. Bahkan jika Anda melakukan 100 kali olahraga perut setiap hari, tanpa nutrisi yang cukup, kualitas tidur, dan pola fitness yang seimbang, Anda mungkin tidak akan mendapatkan perut yang rata dan berbentuk seperti yang Anda inginkan.

Anda mungkin memang mengembangkan otot di bagian tersebut, namun hal itu tidak sama dengan menghilangkan lemak.

Ketika tubuh kehilangan lemak, tubuh secara sistemik juga menghilangkan lemak di seluruh tubuh pada waktu yang sama. Selain dengan cara bedah seperti sedot lemak, tidak ada cara langsung untuk menghilangkan lemak dari bagian tubuh tertentu, ujar Crome.

Mitos 7: Anda harus makan karbohidrat hanya ketika sedang aktif

Fakta:
Mitos ini didasarkan pada kepercayaan bahwa karena karbohidrat merupakan sumber energi tubuh, Anda tidak boleh memakannya ketika sedang tidak aktif – seperti kebanyakan orang di malam hari. Kendati begitu, banyak orang yang lebih aktif di malam hari atau secara rutin berolahraga setelah bekerja.

Orang-orang seperti itu dapat mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang tepat di malam hari untuk mendukung gaya hidup mereka tersebut, ujar John Bosse, RD dan tim Member of the Research & Development untuk USANA Health Sciences.

Untuk seseorang yang tidak aktif di malam hari, cemilan ringan berprotein tinggi seperti 2/3 cangkir keju kaya lemak atau protein shake dapat membantu Anda untuk tetap langsing. Penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi protein berkualitas tinggi dengan jarak waktu yang teratur dapat membantu Anda memperoleh komposisi tubuh yang ideal, dan karena jarak waktu yang panjang antara makan malam dan sarapan, cemilan kecil adalah pilihan yang cerdas.

Mitos 8: Angkat beban membuat Anda berotot

Fakta:
Kecuali jika Anda mengonsumsi zat-zat yang mengubah profil hormon Anda (steroid yang bersifat anabolik), Anda tidak akan mendapatkan otot dalam jumlah besar, ujar Bosse. Melakukan repetisi dalam jumlah yang banyak (20+) menggunakan beban ringan dan berhenti setiap set untuk menghindari kram otot tentu akan membantu kesehatan Anda dan membakar kalori, namun itu bukanlah cara terbaik untuk mendapatkan tubuh yang terbentuk dan padat.

Lalu apa cara terbaiknya? Menambahkan intensifitas latihan dengan beban yang lebih berat (enam hingga 10 repetisi) dengan beberapa set sampai otot Anda tidak kuat melakukan repetisi lebih lanjut.

Kemampuan untuk membentuk otot berbeda bagi pria dan wanita dan oleh karena itu hal tersebut harus dipahami, ujar Bosse.

Mitos 9: Anda harus minum jus untuk detoksifikasi

Fakta:
Tubuh kita sebenarnya sangat cerdas dan sudah memiliki kemampuan untuk detoksifikasi setiap hari, ujar Kristen Carluci, RD, ahli diet dan nutrisi dari Pitney Bowes Inc.

Ya, ada orang yang turun berat badan dengan detoks jus , namun bukan karena racikan jus ajaib atau karena tubuh Anda bersih dari racun yang memperlambat metabolisme Anda. Turun berat badan dalam proses detoksifikasi merupakan akibat mengonsumsi kalori yang jauh lebih sedikiit dari biasanya.

Meskipun mengonsumsi banyak buah-buahan dan sayur-mayur merupakan hal yang baik, namun jus detoks hanya memperbaiki untuk sementara. Jus tersebut tidak memberikan kebiasaan asupan nutrisi yang seimbang yang Anda perlukan untuk menurunkan berat badan dan menjaganya tetap begitu untuk selamanya, ujar Carlucci.

Mitos 10: Karbohidrat itu musuh

Fakta: Dengan banyaknya diet rendah-karbohidrat, banyak orang yang menolak untuk mengonsumsi karbohidrat. Konsep ini salah karena bukan hanya karbohidrat yang meningkatkan berat badan, kuncinya ada pada diri kita sendiri yang sulit untuk mengendalikan ukuran porsi, ujar Carlucci.

Daripada menghilangkan karbohidrat sama sekali, cobalah berfokus untuk memilih karbohidrat yang tepat dengan porsi yang sesuai. Konsumsi pasta dan roti dari gandum utuh (tiap potong mengandung 100 kalori atau kurang dan mengandung setidaknya 3 gram serat), dan cobalah untuk memasukan hanya seperempat karbohidrat di piring Anda. Batasi konsumsi pasta hingga 1 cangkir dan pilihlah kentang yang berukuran hanya sebesar mouse komputer.

Kiat Diet Efektif Dalam Satu Bulan


Seiring datangnya musim semi, musim dingin yang muram pun akan berakhir. Berarti sebentar lagi sudah saatnya mengeluarkan bikini dan celana pendek! Tetapi apakah waktu sebulan cukup untuk menyiapkan tubuh dalam bentuk terbaik?

Waktunya cukup, menurut Jim White, seorang pakar diet dan pelatih pribadi Academy of Nutrition and Dietetics. Tapi Anda harus memulainya sekarang.

"Ini saatnya bersikap realistis dan bertindak nyata," ujar Jim. "Sebulan bukanlah waktu yang cukup untuk menghilangkan semua lemak musim dingin, tapi jangan putus asa, Anda masih bisa menghilangkan 2 kilogram atau menurunkan satu ukuran baju kok."

Jim White punya aturan dasar untuk mengonsumsi makanan sehat. "Makan yang menyehatkan adalah keharusan jika Anda ingin mengurangi berat badan," ujarnya. Berikut ini beberap tips dari dia:

Konsumsi makanan yang tidak diproses. "Jika makanan itu sudah dikemas dalam kotak dan memiliki tiga atau lebih bahan dasar, berarti Anda tidak boleh memakannya," ujar Jim. Fokus kepada sayuran, sedikit protein dan karbohidrat dengan ukuran sedang.

Kurangi penggunaan natrium, karena membuat Anda membengkak.

Hindari gula dalam bentuk apa pun. "Baca label produk dan cari kandungan gula dalam bentuk apa pun," ujar White. "Biasanya bisa diidentifikasi dengan akhiran 'ose,' tapi tidak selalu seperti itu." White juga memperingatkan penggunaan kalori dan gula yang berada dalam minuman, misalnya jus buah.

Selalu minum air! "Mayoritas asupan cairan Anda seharusnya datang dari air, juga membantu karena mengenyangkan Anda," ujar Jim. "Ditambah lagi, tubuh Anda membutuhkan cairan yang cukup untuk berfungsi dengan baik."

Buat jurnal makanan jika merasa sulit mengubah kebiasaan makanan Anda. "Orang-orang yang menulis apa yang mereka makan cenderung berat badannya turun lebih banyak dibandingkan yang tidak," ujar White.

Tentu saja, diet hanyalah salah satu bagian dari proses penuh. "Makan makanan yang sehat mencegah penambahan berat badan, tapi berolahraga juga cukup membantu Anda mengurangi dan mengencangkan area yang mengganggu itu," ujar Jim. "Cara terbaik adalah gaya olahraga berkelanjutan yang dikombinasikan dengan melakukan dua atau lebih gerakan penguatan tanpa istirahat, disusul dengan interval kardio berintensitas tinggi. Lalu ulangi lagi."

Idealnya, ujar White, Anda melakukan ini 30-60 menit, 3-4 kali sepekan. "Kombinasikan dengan 20-45 menit kardio enam hari sepekan, dan Anda bisa mendapatkan tubuh indah dalam waktu cepat!"