Minggu, 10 Juni 2012

Abu Bakar ash-Shiddiq adalah orang yang beruntung..




MY LOVE

Abu Bakar ash-Shiddiq adalah orang yang beruntung..



http://ardachandra.wordpress.com/
Kalau boleh saya menyebutkan siapa manusia yang paling beruntung di dunia, maka itu adalah Abu Bakar ash-Shiddiq. Bukan karena dia konglomerat kaya, orang saleh, tokoh Islam, khalifah bahkan dinyatakan Rasulullah sebagai salah seorang yang diinformasikan akan masuk surga, tapi keberuntungan Abu Bakar karena sejak kecil dia memiliki seorang teman yang sangat ‘berkualitas’, yaitu Rasulllah. Apakah anda bisa membayangkan memiliki seorang sahabat, yang selalu datang paling duluan ketika anda mendapat kesulitan dan kesusahan, selalu bersikap ramah dan peduli dengan keselamatan anda, memberi nasehat ketika anda salah jalan dengan cara yang santun, tidak menghakimi. Sahabat anda tersebut mungkin suatu waktu bersikap keras dan tegas, namun anda bisa merasakan bahwa apa yang dia lakukan semata-mata untuk kepentingan anda sendiri, tidak ada maksud tersembunyi dalam dirinya yang ujung-ujungnya mau mengambil manfaat bagi keuntungan pribadinya. Ketika sahabat anda tersebut muncul di pintu rumah anda, perasaan anda sangat gembira karena tahu bahwa dia datang bukan membawa suatu kepentingan sendiri, murni sekedar ingin mendengar berita tentang diri anda, kesehatan anda, apakah anda baik-baik saja, cuma itu..
Saya yakin, sahabat yang demikian selalu anda harapkan kehadirannya..

Adalah hal yang menakjubkan ketika kita membaca hadits yang berisi catatan para sahabat tentang tingkah-laku dan ucapan Rasulullah, ketika sahabat menyampaikan dari mulut ke-mulut apa yang dia dengar dari Rasulullah ketika dirinya ada didekat beliau. Tidak ada satupun kesan antara nabi Muhammad SAW dengan si perawi hadits tersebut memiliki jarak, misalnya antara atasan dengan bawahan, atau boss dengan anak buah. Setiap catatan ucapan Rasulullah selalu terkesan disampaikan dalam kondisi kedekatan beliau dengan sahabat. Tidak ada satupun catatan yang memberitakan dalam persahabatan nabi Muhammmad SAW dengan orang-orang di sekelilingnya ada kelompok ‘inner-cirle’, atau istilah politiknya, ring-1, ring-2, atau ring berapapun. Dalam perjalanan hidupnya Rasulullah berteman sejak kecil dengan Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar ash-Shiddiq, lalu setelah masa kenabian muncul Umar bin Khattab yang menjadi dekat dengan Rasulullah setelah dia masuk Islam. Bahkan banyak para sahabat yang baru menjadi sahabat beliau setelah penaklukan Mekkah, yaitu mereka yang dulunya musuh-musuh Islam. Kalau anda simak bagaimana semua sahabat tersebut menyampaikan omongan Rasulullah dalam hadits, sulit membedakan apakah itu bentuk omongan kepada sahabat sejak kecil atau pertemanan yang baru terjalin pada masa dewasa.
Untuk kita yang hidup di akhir jaman sekarang ini, Rasulullah juga berusaha untuk menjalin persahabatan, beliau berkata :
Dari Ibnu Umar RA katanya, Rasulullah SAW ditanya oleh para sahabat RA, “Apakah ada orang yang beriman kepadamu sedangkan mereka tidak pernah melihatmu dan membenarkan ajaranmu sedangkan mereka tidak pernah melihatmu?” Baginda SAW menjawab, “Mereka itu adalah Ikhwanku dan mereka bersama-samaku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.” (diulang 3 kali). (HR. Muslim)
“Aku sangat rindu kepada para Ikhwanku.” Maka bertanyalah para sahabat, “Ya Rasulullah SAW, bukankah kami ini Ikhwanmu?” Rasulullah SAW menjawab, “Bukan, malah kamu adalah sahabatku. Sedangkan Ikhwanku adalah orang yang beriman denganku walaupun mereka tidak pernah melihatku.” (Hadis ini diriwayatkan daripada Abu Hurairah RA dan Anas RA dengan matan yang sedikit berlainan)
Dengan sangat piawai Rasulullah membuka hubungan dengan kita, menjalin komunikasi yang melintas waktu ribuan tahun, tanpa menyingkirkan rasa kedekatan para sahabat yang hidup dijaman itu. Perkataan Rasulullah ini membuka harapan kita untuk merasa dekat dan membuka peluang untuk bisa menempatkan diri kita sebagai sahabat, tidak ada bedanya dengan Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dll, mengambil posisi berada dalam ‘ring-1’ lingkaran pertemanan yang ada.
Siapakah manusia yang memiliki kemampuan menjalin persahabatan sehebat itu..?? Makanya saya mengatakan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq memang orang yang beruntung, namun sebenarnya kita juga bisa mendapatkan keberuntungan tersebut, kalau mau membuka diri menerima uluran persahabatan yang disampaikan Rasulullah.
Allahumma shalli ala muhammad……..



Menantang diri sendiri untuk melakukan ibadah terbaik..

Posted on


Seseorang berniat mau berangkat ke masjid untuk menunaikan shalat fardhu berjamaah, katakanlah di waktu ‘Isya atau Shubuh, namun mendadak turun hujan deras menghalangi langkahnya untuk pergi. Wajarnya kita tentu punya pikiran untuk melaksanakan shalat fardhu dirumah saja karena memiliki alasan yang kuat untuk itu. Namun orang ini ternyata berpikiran lain :”Kalau saya membatalkan kepergian saya ke masjid maka logikanya semua orang mempunyai pikiran yang sama, lalu siapa lagi yang akan mengisi masjid untuk shalat fardhu berjamaah…?”. Akhirnya dia memilih untuk mengambil payung menerobos hujan deras, mengangkat ujung celana, berangkat juga ke masjid.
Sesampai disana dengan ujung celana yang basah, dan ternyata tepat apa yang dia duga, peserta shalat fardhu hanya 2 orang, dia sendiri dan si penjaga masjid…
Ketika selesai shalat berjalan keluar melewati pintu masjid, wajahnya tertengadah ke langit, dengan mata berkaca-kaca mengucap lirih :” Yaa..Allah, hamba lakukan ini semata-mata mengharapkan ridho dari-Mu, agar Engkau mau menyayangi dan mengasihi hamba, maka limpahkanlah Kasih Sayang-Mu kepada hamba ini..”. Ada keyakinan kuat karena merasa telah memberikan peribadatan yang terbaik, yang tidak akan bisa dilakukan oleh semua orang.

Percayalah.., anda harus mencobanya sekali waktu, karena disaat itu tiba-tiba muncul rasa tenteram dalam hati, ibarat seseorang keluar dari pintu sebuah bank, baru saja membuka deposito ratusan juta rupiah, merasa tenteram karena dalam hatinya tertanam jaminan akan sandaran hidup yang bisa dia dapatkan dari deposito tersebut, yang bisa diambil kapanpun dia mau..
Manusia memang gemar menantang dirinya sendiri, dan kegembiraan serta kebahagiaan akan muncul ketika tantangan tersebut berhasil dia atasi. Setiap saat selalu ada usaha untuk berlari paling cepat atau melompat paling jauh, disaat satu rekor terpecahkan maka pada saat yang sama muncul keinginan untuk melakukan lebih baik dari itu, keberhasilan dicapai, kemahsyuran mendekat. Naluri ini sebenarnya juga ada dalam melakukan ibadah kepada Allah yang ingin melaksanakan penyembahan yang terbaik. Hanya saja nafsu dan syaitan kemudian menghalangi sehingga banyak yang akhirnya terdorong untuk beribadah ‘ala kadarnya’.
Rasulullah misalnya mengatakan ketika menjelaskan soal berpuasa :” Dan orang yang berpuasa itu memiliki 2 kegembiraan; kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan saat berjumpa dengan Rabbnya”. Hadits ini secara jeli mampu menangkap adanya kecenderungan manusia untuk menantang dirinya sendiri dan adanya kebahagiaan dan kegembiraan ketika tantangan tersebut bisa diatasi. Disaat maghrib datang, makanan diambil dan dimasukkan kemulut, pada saat itu pula hati berkata :”Saya berhasil..”. Silahkan sekali waktu anda mencoba untuk membatalkan puasa ditengah jalan dengan satu alasan yang menurut anda memenuhi syarat untuk itu, misalnya : sakit perut, dll. Maka di sore hari ketika maghrib datang akan muncul rasa penyesalan, menganggap diri sendiri ‘tidak ada apa-apanya’.
Demikian juga dengan melakukan amar makruf nahi munkar. Rasulullah ‘menantang’umatnya ketika mengatakan :“Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman”. Yang mana yang akan anda pilih..?? Anda tentu saja bisa berkata :”Ah..saya sudah tua, tidak mau mencari ribut, tidak akan sanggup lagi..”, lalu silahkan merenung ketika melihat orang lain melakukan perlawanan menghadapi kemungkaran dengan tangannya, anda merasa ‘minder’ atau tidak..??
Aturan peribadatan dalam Islam mengakomodasi kecenderungan manusia ini, shalat memiliki banyak flesibilitas, kalau tidak bisa dilakukan dengan berdiri, bisa dikerjakan sambil duduk, kalau tidak mampu duduk, silahkan shalat dengan berbaring, shalat berjamaah di masjid diawal waktu dinilai sebagai suatu bentuk shalat yang paling berkualitas, namun shalat fardhu dirumahpun ada nilai pahalanya.  Ada banyak kemungkinan mulai dari yang paling sulit sampai yang paling gampang untuk dilakukan, dan manusia akan memilih berdasarkan kecenderungan untuk memberikan yang terbaik. Kebahagian dan kegembiraan yang muncul berbanding lurus dengan ‘tingkat kesulitan beribadah’ yang dilakukan.
Cuma itu tadi, nafsu dan syaitan berusaha menutup naluri kita tersebut sehingga menjadi lalai dan malas untuk melakukan yang terbaik..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar