Sabtu, 09 Juni 2012

Bersama yang Dicintai Sabtu, 02 Juni 2012, 06:01 WIB


Bersama yang Dicintai

Sabtu, 02 Juni 2012, 06:01 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof Dr KH Achmad Satori Ismail
Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hari kiamat, “Kapan hari kiamat itu?” Nabi bertanya, “Apa yang sudah kausiapkan untuk menghadapinya?” Dia menjawab, “Tidak ada, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Nabi bersabda, “Kamu akan bersama dengan yang kaucintai.”

Anas berkata, “Tidaklah kami gembira dengan sesuatu seperti gembiranya kami mendengar  sabda beliau, ‘Kamu bersama orang yang kamu cintai’.” Anas berkata, “Aku mencintai Nabi SAW, Abu Bakar, dan Umar, dan aku berharap bersama mereka disebabkan kecintaanku pada mereka walaupun belum beramal seperti amalan mereka.” (Dari Anas bin Malik, riwayat Thabrani, Jamiul Ahadits, juz 22, hlm 144).

Di antara tanda cinta adalah mengikuti apa yang diinginkan oleh yang dicintainya. Cinta yang sempurna menuntut kesesuaian dengan apa yang dicintai kekasihnya dan siap berkorban. Seorang ahli makrifat  ditanya tentang cinta, dia menjawab, “Kesesuaian dengan yang dicintai dalam semua kondisi dan situasi.” Lalu bersyair, “Kalau Anda jujur mencintainya, pasti Anda akan menaatinya, sesungguhnya pencinta itu menaati yang dicintai.” (lihat Syarh Hadits Ikhtishom al-Mala’ al-A’la, juz I, hlm 55).

Allah menegaskan, “Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 3: 31). Al-Manawi dalam kitab Fa’idhul Qadir, juz VI, hlm 345 menyatakan, “Seorang pencinta akan bersama yang dicintainya dalam hal watak, akal, balasan, dan tempat kembali. Barang siapa mencintai Allah, maka dia akan bersamanya di dunia dan akhirat, dia berbicara sesuai  dengan apa yang diinginkan Allah, bergerak juga sesuai perintah Allah, dan bila diam selalu bersama Allah (zikrullah).”

Orang mukmin yang bertakwa dan berhati bersih adalah keluarga Nabi Muhammad SAW. Karenanya, siapa saja yang mencintai mereka dan bergabung bersama mereka, pasti akan berakhlak seperti mereka sehingga layak untuk selamat ketika melewati shiroth (jembatan) dan masuk surga bersama mereka. “Kemudian, Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS [19]: 72).

Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi, juz 7, hlm 51, dinyatakan, makna hadis ‘Seseorang bersama yang dicintainya pada hari kiamat’ ini bersifat umum dan  mencakup semua bentuk cinta, baik cinta kepada orang saleh maupun orang salah. Pengikut orang saleh akan masuk surga dan pencinta yang salah akan disiksa. Akhir-akhir ini, kita menyaksikan betapa hebatnya para pencinta kefasikan dalam ‘berjihad’ untuk merealisasi nafsu syahwatnya.

Para pendukung bola, fans artis, pendukung konser Lady Gaga, dan sebagainya mereka berani berkorban jutaan rupiah, memforsir tenaga, dan bahkan mengesampingkan kepentingan pribadinya demi hawa nafsu. Semoga kita tidak salah dalam mencinta dan selalu mencintai orang saleh dan kesalehan sehingga kita bersama mereka di surga. Amin.
Redaktur: Heri Ruslan
Syeik Abdullah Azzam
MANA MASA TERBAIKMU BERIKAN PADA ISLAM
Eramuslim.com | Media Islam Rujukan,
Hari ini kita melihat jumlah pemuda muslim yang telah beriltizam (Multazim) untuk Islam yang banyak sekali, sampai sampai kita bisa melihat di satu kota, ada ratusan ikhwah disana ! meski jumlah mereka luar biasa, namun jika anda mencoba untuk menghitung jumlah personal yang aktif, bersungguh sungguh, dan penuh semangat sehingga layak disebut aktifis Islam, niscaya anda akan mendapati jumlah mereka tidak mencapai seratus orang. Bahkan anda dapat menghitung dengan mudah dan menyebutkan nama nama mereka.

Lalu mana kerja, usaha, dan sumbangsih sekian ribu Multazim itu?! Mana dakwah, hisbah dan jihad mereka?

Mereka mengambil peran sebagai penonton, tak lebih. Mereka merasa cukup sekedar telah berpindah dari jahiliyah kepada Islam. Setelah itu,  mereka berhenti dititik ini, tidak ingin meninggalkannya, tidak berhasrat untuk meningkat ke titik berikutnya, bahkan untuk sekedar mempersiapkan diri mereka sendiri hingga nantinya mereka sanggup melangkah dan memberikan sumbangsih dalam pelbagai bidang amal Islami.

Jika salah seorang anda tanyakan, apa sumbangsih mereka kepada Islam, apa amal yang yang telah mereka kerjakan di jalan dien ini, dan apa yang telah mereka persembahkan kepada jamaah sejak mereka beriltizam sampai hari ini, mereka pun diam seribu bahasa.

Kita dapati mereka merasa cukup dengan menjadi pendengar saja, mereka merasa sudah cukup menghadiri halaqoh pengajian, pertemuan , seminar, membaca edaran, bulletin, dan sudah.

Atau menjadi seorang yang pasif tanpa sumbangsih.

Dilihat dari sisi amal Islami manapun, mereka tetap menjadi sosok yang benar benar tidak serius dalam mempersiapkan diri. 

Problem seperti inilah yang membuat tidak tergalinya berbagai potensi untuk Islam dan din. Potensi yang semestinya tampak nyatadi semua bidang amal Islami, dakwah dan jihad.

Orang orang yang hanya menyumbangkan sisa waktu, membelanjakan sedikit sekali dari kekayaan, serta mengerahkan upaya yang sangat minim untuk Islam ini mestinya tahu bahwa Allah itu Maha Baik, tidak menerima kecuali yang baik, sebagaimana Allah tidak menerima sedekah yang buruk, jika itu sengaja dipilih untuk Islam.

“Dan janganlah kamu memilih sesuatu yang buruk buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya (Al Baqarah:276)

Sesungguhnya yang dikehendaki oleh Islam adalah sebagian besar waktumu, hampir seluruh hartamu, dan segarnya masa mudamu, Islam menghendaki dirimu, seluruhnya. Islam menghendaki saat kamu bertenaga, bukan saat sudah loyo. Islam menghendaki masa mudamu, masa kuatmu, masa perkasamu, dan bukan masa rentamu. Islam menghendaki semua yang terbaik, termulia dan teragung darimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar