Pengaruh Kebaikan Dan Amal Shalih Orang Tua
Muslimahzone.com - Wahai bapak dan ibu, ketika kita dapati anak kita tidak
sesuai dengan harapan, maka terlebih dahulu hendaknya kita melihat diri kita.
Barangkali pada diri kita masih ada kesalahan atau dosa-dosa yang masih sering
kita lakukan. Karena sesungguhnya amalan-amalan yang dilakukan orangtua akan
memberi pengaruh terhadap keshalihan anak.
Seorang anak yang melihat ayahnya selalu berdzikir, mengucapkan
tahlil, tahmid, tasbih, dan takbir niscaya akan menirunya mengucapkan
kalimat-kalimat tersebut.
Demikian juga seorang anak yang diutus orang tuanya untuk
memberi sedekah kepada orang-orang miskin dirumah-rumah berbeda dengan seorang
anak yang disuruh orang tuanya membeli rokok dan barang-barang memabukkan.
Seorang anak melihat ayahnya berpuasa senin kamis dan melaksanakan shalat jumat
dan jama’ah tidak sama dengan anak yang melihat kebiasaan ayahnya nongkrong di
kafe, diskotik, dan bioskop.
Kita bisa membedakan antara seorang anak yang sering mendengar
adzan dengan seorang anak yang sering mendengar ayahnya bernyanyi. Anak-anak
itu pasti akan meniru apa yang sering mereka dengar.
Bila seorang ayah selalu berbuat baik kepada orang tuanya,
mendoakan dan memohonkan ampunan untuk mereka, selalu berusaha tahu kabar
mereka, menenangkan mereka, memenuhi kebutuhan mereka, memperbanyak
berdoa, “rabbighfirli
wa li wali dayya..”,berziarah ke kuburan mereka bila telah
meninggal, dan bersedekah untuk mereka, serta tetap menyambung hubungan dengan
teman-teman mereka dan member hadiah dengan orang-orang yang biasa diberi
hadiah oleh mereka dahulu. Maka anak yang melihat akhlak ayahnya seperti ini
dengan seizin Allah akan menontohnya dan juga akan memohonkan ampunan untuk
orangtuanya.
Seorang anak yang diajari shalat tidak sama dengan anak yang
dibiasakan nonton film, musik, dan sepak bola.
Seorang anak yang melihat ayahnya shalat di malam hari, menangis
karena takut kepada Allah, membaca Al Qur’an, pasti akan berfikir, “Mengapa ayah menangis, mengapa ayah
shalat, untuk apa ayah tidur meninggalkan ranjangnya yang enak lalu berwudhu
dengan air dingin di tengah malam seperti ini? Untuk apakah ayah sedikit tidur
dan berdoa dengan penuh pengharapan dan diliputi kecemasan?”
Semua pertanyaan ini akan berputar dibenaknya dan akan selalu
hadir dalam pikirannya. Selanjutnya dia akan mencontoh apa yang dilakukan
ayahnya.
Demikian juga dengan seorang anak perempuan yang melihat ibunya
berhijab dari laki-laki yang bukan mahramnya, menutup aurat di hadapan mereka,
berhias dengan akhlak malu, ketenangan, dan menjaga kesucian diri. Dia akan
mempelajari dari ibunya akhlak tersebut.
Beda dengan seorang anak perempuan yang selalu melihat ibunya
bersolek di depan para lelaki bukan mahram, bersalaman, berikhtilat, duduk
bersama mereka, tertawa, tersenyum, bahkan berdansa dengan lelaki bukan mahram.
Dia akan mempelajari semua itu dari ibunya.
Karena itu takutlah kepada Allah wahai Ayah Ibu, dalam membina
anak-anak kalian! Jadilah Anda berdua teladan yang baik, berhiaslah dengan
akhlak yang baik, tabiat yang mulia, dan sebelum itu semua berpegang teguh
dengan agama ini dan cintailah Allah dan rasul-Nya.
Penjagaan Allah Terhadap Keturunan Orang Tua yang Shalih
Keshalihan dan amal baik orang tua memiliki dampak yang besar
bagi keshalihan anak-anaknya, dan memberikan manfaat bagi mereka di dunia dan
akhirat. Sebaliknya amal-amal jelek dan dosa-dosa besar yang dilakukan orangtua
akan berpengaruh jelek terhadap pendidikan anak-anaknya.
Pengaruh-pengaruh tersebut diatas datang dengan berbagai bentuk.
Diantaranya berupa keberkahan amal-amal shalih dan pahala yang Allah sediakan
untuknya. Atau sebaliknya berupa kesialan amal-amal jelek dan kemurkaan Allah
serta akibat jelek akan diterimanya.
Jika orang tua shalih dan gemar melaksanakan amalan baik maka
akan mendapatkan ganjaran dan pahala yang dapat dirasakan anak. Ganjaran
tersebut dapat berupa penjagaan, rizki yang luas, dan pembelaan dari murka
Allah. Adapun amal jelek orang tua, akan berdampak jelek terhadap anak. Dampak
tersebut dapat berupa musibah, penyakit, dan kesulitan-kesulitan lain.
Oleh karena itu, orang tua hendaknya memperbanyak amal shaleh
karena pengaruhnya akan terlihat pada anak. Bukti pengaruh ini dapat dilihat
dari kisah nabi Khidhir yang menegakkan tembok dengan suka rela tanpa meminta
upah, sehingga Musa menanyakan alasan mengapa ia tidak mau mengambil upah.
Allah berfirman memberitakan perkataan nabi Khidhir,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي
الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا
رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ
تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا (٨٢)
“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim
di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua,
sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya
mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai
rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku
sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat
sabar terhadapnya” (QS. Al Kahfi: 82)
Dalam menafsirkan firman Allah, “dan kedua orang tuanya adalah orang shalih” Ibnu
Katsir berkata: “Ayat diatas menjadi dalil bahwa keshalihan seseorang
berpengaruh kepada anak cucunya di dunia dan akhirat, berkat ketaatannya dan
syafaatnya kepada mereka maka mereka terangkat derajatnya di surga agar kedua
orangtuanya senang dan berbahagia sebagaimana yang yang telah dijelaskan dalam
Al Qur’an dan as sunnah.”
Allah telah memerintahkan kepada kedua orangtua yang khawatir
terhadap masa depan anak–anaknya agar selalu bertakwa, beramal shalih, beramar
ma’ruf nahi mungkar, dan berbagai macam amal ketaatan lainnya. Sehingga dengan
amalan-amalan itu, Allah akan menjaga anak cucunya. Allah berfirman,
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً
ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
(٩)
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (An Nisa: 9)
Dari said bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas berkata: “Allah mengangkat
derajat anak cucu seorang mukmin setara dengannya, meskipun amal perbuatan anak
cucunya di bawahnya, agar kedua orangtuanya tenang dan bahagia. Kemudian beliau
membaca firman Allah yang artinya, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak
cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka
dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka.
Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” ( Ath Thuur : 21) [1]
Karena itu bertakwalah dan beramal shalihlah agar doa untuk
kebaikan anak Anda diterima!
Diceritakan bahwa sebagian orang-orang salaf dahulu pernah
berkata kepada anaknya,“Wahai
anakku, aku akan membaguskan shalatku agar engkau mendapat kebaikan.”Sebagian
ulama salaf menyatakan bahwa makna ucapan itu adalah aku akan memperbanyak
shalatku dan beroda kepada Allah untuk kebaikanmu.
Kedua orangtua bila membaca Al-Qur’an, surat Al Baqarah dan
surat-surat Al
Mu’awwidzat (Al-Ikhlash, Al Falaq, An Naas), maka para
malaikat akan turun mendengarnya dan setan-setan akan lari. Tidak diragukan
bahwa turunnya malaikat membawa ketenangan dan rahmat. Dan jelas ini member
pengaruh baik terhadap anak dan keselamatan mereka.
Tetapi bila Al-Qur’an ditinggalkan, dan orangtua lalai dari
dzikir, ketika itu setan-setan akan turun dan memerangi rumah yang tidak ada
bacaan Al-Qur’an, penuh dengan musik, alat-alat musik, dan gambar-gambar haram.
Kondisi seperti ini jelas akan berpengaruh jelek terhadap anak-anak dan
mendorong mereka berbuat maksiat dan kerusakan.
Sehingga dari itu semua, cara yang paling tepat untuk meluruskan
anak-anak harus dimulai dengan melakukan perubahan sikap dan perilaku dari
kedua orang tua. Kita harus menanamkan komitmen dan berpegang teguh terhadap
syariat Allah pada diri kita dan anak-anak. Serta kita harus senantiasa berbuat
baik kepada orangtua kita serta menjauhi sikap durhaka kepadanya, agar
anak-anak kita nantinya menjadi anak yang berbakti, selamat dari dosa durhaka
kepada kedua orang tua dan murka Allah. Karena anak-anak saat ini adalah orang
tua dimasa yang akan datang dan suatu ketika ia akan merasakan hal yang sama
ketika menginjak masa tua.
Selanjutnya, hal yang tidak boleh kita lupakan adalah senantiasa
berdoa, mengharap pertolongan kepada Allah dalam mendidik anak-anak kita,
janganlah kita sombong terhadap kemampuan yang kita miliki. Karena hidayah itu
berada ditangan Allah dan Allahlah yang membolak balikkan hati hamba-hambaNya.
Catatan:
[1] Lafal hadits tersebut berbunyi,
[1] Lafal hadits tersebut berbunyi,
إِنَّ اللهَ لَيَرْفعُ ذُرِّيَّةَ المُؤمِنِ إِلَيْهِ فِي
دَرَجَتِهِ وَ إِنْ كَانُوا دُونَهُ فِي العَمَل ، لِتُقرَّ
بِهِم عَينُهُ ، ثُمَّ قَرَأَ : وَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَ اتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيْمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ
بِهِم عَينُهُ ، ثُمَّ قَرَأَ : وَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَ اتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيْمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ
Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Bazzar (Hal. 221), Ibnu Adi
(I/270) dan Al-Baghawi dalam At-Tafsir (8/82) dari Qais bin Rabi’ dari Amr bin
Murrah dari Said bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas dan diangkat sampai kepada Nabi
shallallahu’alaihi wasallam. Syaikh Albani berkata ,“Hadits ini mauquf namun
dihukumi marfu’’ (sampai kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam-red) dan
hadits ini memiliki sanad yang baik”.(As-Silsilah Ash-Shahihah no.2490,
Al-Maktabah As-Syamilah, red)
***20 maret 2012
sumber: Muslimah.or.id
(zafaran/muslimahzone.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar