UJIAN AKHIR
SEMESTER
DOSEN: Dr. H.
Purwadhi, M.Pd
CITA-CITA, TUJUAN DAN CAPAIAN
PENDIDIKAN INDONESIA MASA ERA
GLOBALISASI
Di susun oleh :
Ida Nurhayati NIM 4103810311014
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
TAHUN 2012
CITA-CITA, TUJUAN DAN CAPAIAN PENDIDIKAN
INDONESIA MASA ERA GLOBALISASI
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1)
Laporan undp
Mengenai menurunnya peringkat pendidikan Indonesia dari
peringkat 65 pada tahun lalu menjadi 69 pada tahun ini cukup menyesakkan dada.
Pasalnya, peringkat pendidikan menjadi tolok ukur kemajuan sebuah bangsa.
Karena itu, dengan menurunnya peringkat pendidikan tersebut mudah dipahami jika
kualitas manusia Indonesia pada umumnya rendah.
Padahal, pemerintah telah merumuskan ‘peningkatan daya
saing’ atau competitiveness sebagai salah satu pilar visi pendidikan
nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah juga telah memperolah
alokasi anggaran sebesar 20% dari APBN khusus untuk pendidikan. Berbagai
kebijakan untuk mendukungnya juga telah dibuat, mulai dari perangkat yuridis,
seperti Undang-Undang Guru dan Dosen, hingga kebijakan operasional seperti
sertifikasi guru, PLPG, Program Pendidikan Guru (PPG), Duel Mode, Sekolah
Bertaraf Internasional (SBI), Ujian Nasional dsb. Semua kebijakan tersebut
hakikatnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. (Berita Kompas,
3/3/2011)
2)
Tujuan pendidikan Indonesia
UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal
1, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
dadisebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Visi dan misi pendidikan nasional telah menjadi rumusan dan
dituangkan pada bagian “penjelasan” atas UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Visi dan misi pendidikan nasional ini adalah merupakan bagian dari
strategi pembaruan sistem pendidikan.
3)
Visi Pendidikan
Nasional
Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya system
pendidikan sebaga pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
4)
Misi Pendidikan
Nasional
Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional
mempunyai misi sebagai berikut:
i.
mengupayakan perluasan
dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh
rakyat Indonesia;
ii.
membantu dan
memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini
sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;
iii.
meningkatkan kesiapan
masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian
yang bermoral;
iv.
meningkatkan
keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan
ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan
standar nasional dan global; dan
v.
memberdayakan peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi
dalam konteks Negara Kesatuan RI.
1.2 Rumusan masalah
dan tujuan pembuatan makalah
Dalam
makalah ini masalah yang akan dirumuskan apakah CITA-CITA, TUJUAN DAN CAPAIAN
pendidikan Indonesia masa era
globalisasi dan bagaiman arah pendidikan indonesia sebagai suatu kebutuhan dan
bekal dalam bermasyarakat
Tujuan
dalam makalah ini agar dapat memberi solusi dalam menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan CITA-CITA, TUJUAN DAN CAPAIAN pendidikan Indonesia masa era globalisasi dan bagaiman arah
pendidikan indonesia sebagai suatu kebutuhan dan bekal dalam bermasyarakat agar martabat dan hajat serta hak-hak azasi
manusia terlindungi dan terjaga.
BAB
II
ISI
2.1
Pendidikan Indonesia salah arah
Pendidikan
di Indonesia dalam bentuk sekolah telah tercerabut dari akar kesejarahan sistem
pendidikan nasional. Pendidikan di Indonesia sudah tidak lagi bertumpu pada
nilai-nilai dasar pendidikan yang memerdekakan, pendidikan yang menyadarkan dan
pendidikan yang memanusiakan manusia apalagi sampai mampu mengangkat manusia
muda ke taraf insani. Pendidikan di Indonesia hanya berorientasi pasar.
Pendidikan Indonesia sudah kehilangan arah.
Buktinya,
pemerintah sekarang sedang menggalakkan pendidikan tingkat satuan pendidikan
menengah atas berbasis kerja, yaitu sekolah menengah kejuruan (SMK). Selain itu
dalam satu dekade terakhir ini di Indonesia, khususnya di daerah jabodetabek
ini sedang sangat populer sekali yang namanya sekolah internasional. Trend ini
pertama - tama dimmotori oleh sekolah - sekolah swasta yang mendeklarasikan
institusinya sebagai sekolah internasioanl yang menggunakan bahasa inggris
sebagai bangsa pengantar. Beberapa tahun kemudian, sekolah - sekolah negeri pun
mulai mencanangkan diri sebagai sekolah berstandar internasional.
Pemerintah
berencana akan mengubah pola pendidikan Indonesia dengan perbandingan 70% untuk
SMK dan 30% untuk sekolah menengah atas (SMA). Lulusan SMA dalam pandangan
pemerintah hanya menghasilkan lulusan tidak siap kerja kalau tidak mau disebut
pengangguran. Maka, guna mengurangi angka pengangguran, pemerintah melakukan
‘terobosan’ dengan menciptakan SMK. Lulusan SMK dalam pandangan pemerintah
lebih siap untuk bekerja dan mengurangi pengangguran. Padahal sekolah
sebenarnya bukan fase bekerja. Menurut Pak Tandyo–begitu orang
menyapanya–sekolah itu bekal untuk menata hidup yang lebih baik ( Soetandyo
Wignyosoebroto, Guru Besar Emeritus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya).
Pendidikan adalah proses hidup. Jadi pendidikan dalam bentuk sekolah bukan
untuk bekerja. Pemerintah tidak berpikir jauh hanya menjadikan pekerja-pekerja
instan yang jika sudah bekerja mudah juga untuk dikeluarkan.
Lalu
bagaimana dengan sekolah-sekolah internasional , dimana bahasa inggris menjadi
bahasa wajib di kelas. Buku-buku teks pun menjadi bilingual, nilai TOEFL yang
tinggi menjadi kewajiban bagi semua murid dan guru. Disaat
sekitar 10% pelajar Indonesia duduk di bangku sekolah berkutat dengan bahasa
inggris, sekitar 90% lainnya masih bersusah payah hanya untuk belajar baca dan
menulis .(maaf data ini tidak akurat, hanya perkiraan). Begitu penting kah kemampuan bahasa inggris itu daripada
kemampuan 100% orang Indonesia untuk mampu baca dan menulis? Sebenarnya pelajar
Indonesia itu hebat hanya kurang pada tingkat literasi saja, dan itu wajar
buku-buku itu semakain mahal. Pendidikan Indonesia saat ini, pemerintah
dan kita hanya fokus pada golongan minoritas, yaitu golongan menengah ke atas
dan siswa - siswa yang berprestasi. Ini sebenarnya bagus, tetapi pemerintah dan
kita lupa pada kaum menengah kebawah dan juga yang kurang berprestasi.
Akibatnya banyak dari kalangan menengah kebawah dan siswa kurang berprestasi
tidak mendapat banyak perhatian, padahal, merekalah yang seharusnya mendapat perhatian.
Pemerintah
dan kita harus mengakui, bahwa mereka adalah kaum mayoritas di Indonesia.
Seringkali pemerintah dan kita meremehkan mereka, padahal mereka adalah kunci
pembangunan negara ini. Jika kita ingin negara kita maju dan stabil, maka 100%
orang Indonesia harus berpendidikan dan minimalnya bisa baca dan tulis.
Pemerintah banyak menghabiskan uang untuk sekolah - sekolah unggulan, namun
melupakan sekolah - sekolah lainnya. Bukankah lebih baik memiliki 100 sekolah
internasional dengan fasilitas namun 900 sekolah lainnya mempunya kualitas
buruk atau memiliki 100,000 sekolah dengan kualitas bagus dan 100% orang
indonesia berpendidikan, untuk sekarang ini.
2.2. Kecenderungan
Masyarakat Dalam Era Informasi dan Globalisasi
Menurut Badan Perputakaan Nasional, minat membaca masyarakat Indonesia masih 50 persen dan masih minim dibanding negara lain di Asia.(Wtr2)eck, 1989). Sehingga masih jauh bisa disebut masyarakat masa depan. Masyarakat masa depan adalah masyarakat Informasi (Tilaar, 1990). Masyarakat semacam itu memerlukan anggota masyarakat yang dapat memilih dari segala macam alternative. Dengan tersedianya informasi manusia perlu menyusunnya agar dapat bermanfaat untuk mengungkapkan pemikirannya secara jelas. Sejalan dengan itu, buah pikiran yang jelas harus dapat dikomunikasikan secara efektif. Melihat hubungan kepada manusia dengan lingkungannya yang bukan bersifat konfrontatif dan menguasai, maka manusia harus memiliki pemahaman yang jelas tentang lingkungannya. Pendidikan lingkungan hidup, baik lingkungan social maupun lingkungan alam merupakan syarat mutlak bagi manusia abad sekarang. Selanjutnya dengan kemungkinan yang hampir tidak terbatas untuk memperoleh informasi, manusia mempunyai kesempatan luas untuk mengembangkan kemampuan serta potensi pribadinya.
Minat baca di Indonesia ternyata tak sampai separuh dari jumlah penduduk Indonesia. Padahal membaca merupakan salah satu cara yang efektif untuk memperoleh informasi dengan mengembangkan kemampuan dan potensi pribadi dan dapat berkembang pesat. Berdasarkan pengalaman (Rivai 1994) ada peserta lomba karya ilmiah yang sangat kreatif, inovatif, dan berkemampuan dan kritis. Mereka tidak segan melahap buku pelajaran untuk Perguruan Tinggi bila mereka perlukan. Selanjutnya menurut Rivai kelemahan penyuguhan – penyuguhan buku pelajaran di SMA adalah tidak terbinanya kemampuan anak didik untuk memberikan alternative pada permasalahan yang dihadapi. Sukar dicari produk pendidikan SMA yang mau, dapat, merasa yakin dan mampu menata diri secara otodidak. Padahal kemampuan itu sangat diperlukan pada era Globalisasi.
Tantangan yang dihadapi sekarang adalah kurangnya minat baca masayarakat kita. Selain kurang minat membaca, kemampuan membacanya juga tidak tinggi. Membaca merupakan proses interaksi anatra pembaca, informasi yang dituangkan dalam teks, dan karektiristik isi. Tujuan dari membaca adalah membangun makna dari teks tersebut (Jones 1985). Dari sudut pandang kognitif, pemahaman membaca merupakan proses yang kompleks dan tersusun dari proses – proses yang saling berkaitan.
Menurut Badan Perputakaan Nasional, minat membaca masyarakat Indonesia masih 50 persen dan masih minim dibanding negara lain di Asia.(Wtr2)eck, 1989). Sehingga masih jauh bisa disebut masyarakat masa depan. Masyarakat masa depan adalah masyarakat Informasi (Tilaar, 1990). Masyarakat semacam itu memerlukan anggota masyarakat yang dapat memilih dari segala macam alternative. Dengan tersedianya informasi manusia perlu menyusunnya agar dapat bermanfaat untuk mengungkapkan pemikirannya secara jelas. Sejalan dengan itu, buah pikiran yang jelas harus dapat dikomunikasikan secara efektif. Melihat hubungan kepada manusia dengan lingkungannya yang bukan bersifat konfrontatif dan menguasai, maka manusia harus memiliki pemahaman yang jelas tentang lingkungannya. Pendidikan lingkungan hidup, baik lingkungan social maupun lingkungan alam merupakan syarat mutlak bagi manusia abad sekarang. Selanjutnya dengan kemungkinan yang hampir tidak terbatas untuk memperoleh informasi, manusia mempunyai kesempatan luas untuk mengembangkan kemampuan serta potensi pribadinya.
Minat baca di Indonesia ternyata tak sampai separuh dari jumlah penduduk Indonesia. Padahal membaca merupakan salah satu cara yang efektif untuk memperoleh informasi dengan mengembangkan kemampuan dan potensi pribadi dan dapat berkembang pesat. Berdasarkan pengalaman (Rivai 1994) ada peserta lomba karya ilmiah yang sangat kreatif, inovatif, dan berkemampuan dan kritis. Mereka tidak segan melahap buku pelajaran untuk Perguruan Tinggi bila mereka perlukan. Selanjutnya menurut Rivai kelemahan penyuguhan – penyuguhan buku pelajaran di SMA adalah tidak terbinanya kemampuan anak didik untuk memberikan alternative pada permasalahan yang dihadapi. Sukar dicari produk pendidikan SMA yang mau, dapat, merasa yakin dan mampu menata diri secara otodidak. Padahal kemampuan itu sangat diperlukan pada era Globalisasi.
Tantangan yang dihadapi sekarang adalah kurangnya minat baca masayarakat kita. Selain kurang minat membaca, kemampuan membacanya juga tidak tinggi. Membaca merupakan proses interaksi anatra pembaca, informasi yang dituangkan dalam teks, dan karektiristik isi. Tujuan dari membaca adalah membangun makna dari teks tersebut (Jones 1985). Dari sudut pandang kognitif, pemahaman membaca merupakan proses yang kompleks dan tersusun dari proses – proses yang saling berkaitan.
2.3 Cita-Cita, Tujuan
Dan Capaian Pendidikan Indonesia
“kualitas
bukanlah tujuan- tetapi merupakan cara” Siegel dan Byrne (1994, hal.2) jelas
menyatakan persepsi tentang peranan sekolah dan pendidikan:
Tujuan primer dari
gerakan restrukturisasi dari pendidikan saat ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Setiap
gerakan pembaharuan memiliki karakteristik yang berbeda. Beberapa dari
kualitas-kualitas ini bukanlah baru, namun secara pasti beberapa diantaranya di
daur ulang dengan cara melakukan modifikasi dan pelabelan kembali untuk suatu
tingkatan yang membuat kualitas tersebut tidak diakui oleh sebagian besar
orang. Pendidikan berdasarkan hasil akhir atau prestasi adalah sebuah contoh
yang baik.
Pemerintah
dan para pengembang kurikulum sepakat
bahwa, dalam satu bentuk atau
yang lain, pengembangan kurikulum untuk pendidikan itu meliputi: identifikasi tujuan pendidikan. Pengembang kurikulum perlu membedakan antara beberapa istilah yang
digunakan untuk mengekspresikan hasil
yang diinginkan. Di antara hasil
pendidikan atau harapan, maksud, dan tujuan.”
1)
CITA-CITA
Dari
berbagai jenis pendidikan, cita-cita yang paling umum adalah pendidikan seumur
hidup yang berarti memberikan arah jangka panjang bagi siswa. Sebagian ditulis
untuk tujuan kelompok, sebagian untuk individu. Sebuah contoh yang baik dari
maksud pendidikan adalah tujuh urutan prinsip Pendidikan Menengah. Seperti peta
jalan lintas-negara, bertujuan membantu kita menuntun kehidupan kita pada
umumnya dan tidak dapat dicapai sepenuhnya.
2)
TUJUAN
Tujuan pendidikan adalah harapan kelompok dan memerlukan waktu mungkin berminggu-minggu, bulan, atau bahkan bertahun-tahun untuk mencapainya. Tujuan berbeda dari cita-cita dalam arti bahwa mereka dapat dicapai, namun banyak juga yang tidak tercapai. Sebuah sekolah tinggi mungkin memiliki tujuan suatu perusahaan, yang nilai prestasi rata-rata untuk semua kelas yang diuji tahun depan akan sama atau melampaui rekan-rekan mereka pada tes tahun ini. Untuk tujuan yang berorientasi kelompok, keberhasilan pencapaian tujuan tidak memerlukan keberhasilan dari masing-masing siswa.
Tujuan pendidikan adalah harapan kelompok dan memerlukan waktu mungkin berminggu-minggu, bulan, atau bahkan bertahun-tahun untuk mencapainya. Tujuan berbeda dari cita-cita dalam arti bahwa mereka dapat dicapai, namun banyak juga yang tidak tercapai. Sebuah sekolah tinggi mungkin memiliki tujuan suatu perusahaan, yang nilai prestasi rata-rata untuk semua kelas yang diuji tahun depan akan sama atau melampaui rekan-rekan mereka pada tes tahun ini. Untuk tujuan yang berorientasi kelompok, keberhasilan pencapaian tujuan tidak memerlukan keberhasilan dari masing-masing siswa.
3)
CAPAIAN
Untuk
menghindari kebingungan kita akan menggunakan istilah capaian untuk mengacu
pada apa yang diharapkan siswa sehari-hari. Kita juga bisa menggunakan capaian
kinerja berjangka, untuk setiap capaian yang mengacu pada kemampuan siswa
melakukan tugas-tugas yang dipilih dalam satu atau lebih cara secara spesifik.
Sebagaimana Wulf dan Schane (1984, hal.71) mengatakan, " ada hasil yang tidak terduga atau kejutan karena kedua belah pihak telah sepakat atas produk akhir.” Ketika siswa mengetahui hasil yang diharapkan., mereka biasanya menjadi lebih terlibat dalam tugas-tugas mereka (Unger, 1994). Karena capaian kinerja adalah yang paling spesifik dari semua harapan pendidikan, capaian tersebut harus ditulis dalam bentuk yang lengkap. Bagian-bagian berikut memperkenalkan teknik untuk menulis capaian kinerja.
Sebagaimana Wulf dan Schane (1984, hal.71) mengatakan, " ada hasil yang tidak terduga atau kejutan karena kedua belah pihak telah sepakat atas produk akhir.” Ketika siswa mengetahui hasil yang diharapkan., mereka biasanya menjadi lebih terlibat dalam tugas-tugas mereka (Unger, 1994). Karena capaian kinerja adalah yang paling spesifik dari semua harapan pendidikan, capaian tersebut harus ditulis dalam bentuk yang lengkap. Bagian-bagian berikut memperkenalkan teknik untuk menulis capaian kinerja.
Pada
dasarnya Indonesia sudah mempunyai itu tetapi entah kenapa itu tidak menyerap
kepada seluruh aspek yang terkait pada pendidikan termasuk masyarakat dan
pemerintah. Indonesia sudah punya tujuan pendidikan, visi pendidikan juga misi
pendidikan. Hanya saja menurut laporan UNDP Nopember 2011, Indonesia kini
berada di peringkat 124 jauh dibangding dengan beberapa Negara ASEAN lainnya.
Norwegia,
Australia, dan Belanda menempati tempat teratas negara terbaik di dunia tahun
ini didasarkan pada kriteria kesehatan, pendidikan, dan pendapatan, yang
dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Yang juga masuk sepuluh besar
terbaik daftar yang dikeluarkan badan PBB untuk masalah pembangunan (UNDP) ini
adalah Amerika Serikat, Selandia Baru, Kanada, Irlandia, Jerman, dan Swedia.
Namun ketika daftar ini disusun
ulang didasarkan pada kriteria pemerataan kesehatan, pendidikan, dan pendapatan
di dalam negeri, beberapa negara maju terpental dari daftar sepuluh terbaik. AS misalnya turun dari posisi empat ke posisi
26 sementara Korea Selatan turun dari posisi 15 ke posisi 32. AS turun jauh
karena faktor pemerataan pendapatan. UNDP mengatakan IPM mengalami kenaikan
besar sejak 1970 yang berarti ada kemajuan besar di bidang kesehatan,
pendidikan, dan pendapatan di seluruh dunia.
Catatan UNDP menunjukkan 72
negara mengalami perkembangan pesat dalam lima tahun terakhir. Mereka adalah
Kuba (naik sepuluh peringkat ke posisi 51), Venezuela, dan Tanzania. Kedua
negara ini masing-masing naik tujuh posisi ke peringkat 73 dan 152. UNDP juga
mencatat dua negara mengalami penurunan, yaitu Kuwait (turun delapan posisi ke
peringkat 63) dan Finlandia (turun tujuh posisi ke peringkat 22). Seperti
dikutip dari BBC, dari 187 negara yang disurvei, Indonesia berada di peringkat
124, jauh di bawah Brunei (posisi 33) dan Malaysia (61). Namun pencapaian
Indonesia masih lebih baik dibandingkan Vietnam (peringkat 128), Laos
(peringkat 138), dan Burma (peringkat 149). Survei UNDP ini menempatkan
Republik Demokratik Kongo, Niger, dan Burundi di tempat terbawah. (http://id.berita.yahoo.com/inilah-daftar-10-negara-terbaik-versi-undp-213102688.html)
2.4 Harapan Pendidikan Indonesia
Sebagai seorang pendidik, saya merasakan betul dunia batin
siswa kita pada umumnya saat ini. Mungkin hanya sedikit di antara mereka yang
memegang nilai idealisme, selebihnya lebih pragmatis. Sekadar ilustrasi ada
seorang kawan yang mengadakan survei mengenai sosok dosen yang
diidealkan. Hasilnya sungguh di luar dugaan. Sosok dosen ideal adalah yang
santai, tidak banyak tugas dan memberi nilai murah. Sebaliknya, yang
dibenci adalah yang konsisten, disiplin, banyak tugas dan nilainya mahal.
Gambaran demikian sesungguhnya merupakan pantulan berkembangnya sikap
pragmatisme di kalangan mahasiswa kita.
Karena itu, adalah tugas kita semua untuk meluruskan maksud
dan niat suci kegiatan pendidikan. Pendidikan bukan sekadar upaya atau sarana
orang mencari pekerjaan, melainkan sebuah proses pendewasaan diri untuk bisa
hidup bermartabat. Karena merupakan proses pendewasaan diri, maka pendidikan
tidak akan pernah berakhir, sekalipun yang bersangkutan telah mapan secara
material dalam hidupnya (education is life long). Dengan demikian,
pendidikan bukan alat (means ) melainkan tujuan (ends).
Serbagian besar masyarakat kita menganggap pendidikan merupakan alat atau
sarana (means ) mencapai tujuan, sehingga begitu tujuan diraih, malka berakhir
pula kegiatan pendidikan tersebut.
Selain meluruskan tujuan dan niat pendidikan, tugas kita
semua juga ntuk menyadarkan bahwa pendidikan merupakan kegiatan kolektif yang
melibatkan banyak unsur, mulai siswa itu sendiri, masyarakat, orangtua,
pendidik, sarana dan prasarana, manajemen, beaya pendidikan, proses belajar
mengajar, hingga campur tangan pemerintah. Belajar dari negara-negara yang
sudah maju, kita bisa mengambil pelajaran berharga betapa pendidikan merupakan
hajat semua orang. Karena itu, maju dan mundurnya pendidikan merupakan
tanggung jawab semua orang.
Sebaliknya, di masyarakat kita pendidikan seolah hanya
merupakan tanggung jawab guru atau sekolah dan pada tingkat negara pendidikan
hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan. Jika demikian cara
pandangnya, maka sampai kapan pun pendidikan kita tidak akan pernah bisa
semaju sebagaimana di negara-negara yang telah mencapai prestasi puncak
dalam pendidikan. Di tengah-tengah hiruk pikuk perpolitikan nasional kita saat
ini --- dan tampaknya akan terus berlangsung lama --- perhatian pemerintah pun
bisa tersedot pada hal-hal lain di luar tujuan pendidikan. Karena itu, wajar
jika nilai atau prestasi kualitas pendidikan kita menurun dan sulit sekali
bangkit dari peringkat 60- 70.
2.5 Mengatasi permasalahan pendidikan pada saat ini
dan di masa mendatang
Di Indonesia sebenarnya sudah
secara formalitas sudah sangat hebat, secara tertulis rujukan (standarisasi)
pendidikan pun sudah dilakukan, malah mengarah pada reformasi pendidikan.
Reformasi pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan agar pendidikan dapat
berjalan lebih etektif dan efisien mencapai tujuan pendidikan nasional. Hanya
saja reformasi pendidikan adalah proses yang kompleks, berwajah majemuk dan
memiliki jalinan tali-temali yang amat interaktif, sehingga reformasi
pendidikan memerlukan pengerahan segenap potensi yang ada dan dalam tempo yang
panjang. Betapa kompleksnya reformasi pendidikan dapat difahami karena tempo
yang diperlukan amat panjang, jauh lebih panjang apabila dibandingkan tempo
yang diperlukan untuk melakukan reformasi ekonomi.
Setidaknya sekarang sudah ada
keinginan pemerintah dan masyarakat untuk melakukan minimal perbedaan pada
tingkat implementasi menjadi lebih baik itu sudah sangat hebat. Apalagi mampu
mengambil keputusan agar pendidkan di Indonesia mampu melahirkan manusia yang
berperan dan mengendalikan globalisasi. Globalisasi
adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan
ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan,
investasi,
perjalanan,
budaya
populer, dan bentuk-bentuk
interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin
sempit.
Beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia:
1) Berkomitmen
pada Cita-Cita, Tujuan Dan Capaian Pendidikan Indonesia
2) Melaksanakan
bahwa pendidikan itu harus:
i)
Pendidikan
harus mampu mengembangkan peserta didik yang memiliki kemampuan antisipasi
(ANTICIPATE)
ii) Pendidikan harus mampu mengakomodasi
perkembangan IPTEK (ACCOMMODATE)
iii) Pendidikan harus mampu melahirkan peserta
didik yang mengerti dan mampu mengatasi situasi (COPE)
iv) Pendidikan harus mampu melahirkan peserta
didik yang mampu mereorientasi perubahan yang terjadi (REORIENT)
3) Menyikapi
dengan bijaksana bermunculannya model-model pendidikan untuk tetap Berkomitmen pada
Cita-Cita, Tujuan Dan Capaian Pendidikan Indonesia
4) memusatkan
pada empat dimensi: Dimensi Kultural-Fondasional, dimensi Politik-Kebijakan,
dimensi Teknis-Operasional, dan dimensi Kontekstual
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
A.
Perhatian utama pendidikan di era globalisasi adalah
untuk mempersiapkan hidup dan kerja bagi masyarakat. Nilai-nilai keluarga
hendaknya tetap dilestarikan dalam berbagai lingkungan pendidikan.
B.
Paradigma baru pembelajaran ini memberikan peluang dan
tantangan yang besar bagi perkembangan profesional, baik pada preservice dan
inservice guru-guru kita.
C.
Hambatan – hambatan dalam pengembangan kurikulum
khususnya pada guru. Guru yang kurang berpartisipasi dalam mendesain
pengembangan kurikulum karena kurangnya waktu, kekurangkesesuaian pendapat
antara guru maupun dengan sekolah atau administrator, karena kemampuan dan
pengetahuan guru itu sendiri, hambatan yang lain datangnya dari masyarakat baik
dalam pembiayaan maupun umpan balik dari masyarakat terhadap pendidikan dan
kurikulum yang berlangsung.
D.
Fungsi pendidikan dahulu dan sekarang sudah berubah,
dalam masyarakat dahulu persekolahan berfungsi untuk memelihara dan meneruskan
nilai nilai yang ada sejak dahulu. Sedangkan masa sekarang pendidikan sekarang
didasarkan pada filsafat pendidikan, cita-cita, tujuan dan capaian yang jelas
3.2 SARAN
Segeralah system pendidikan Indonesia dirubah sesuai dengan cita-cita, tujuan dan capaian pendidikan Indonesia, dan implementasikan dengan amanah. Jangan sampai kita terlalu melihat pencitraan sehingga hanya mengupyakan masyarakat minoritas, tetapi segeralah kita menyeimbangkan kebutuhan mayaoritas dengan minoritas. Seperti bukan tidak boleh pemerintah membuat sekolah-sekolah kejuruan tetapi mereka jangan dijadikan alat untuk membodohi rakyat, atau bukan tidak boleh ada RSBI-RSBI tetapi semua masyarakat telah siap dengan keberadaanya, jangan sampai masih ada yang buta baca, buta hitung, sekoalh-masih banyak yang ambruk, tetapi kebutuhan RSBI yang sangat besar biayanya tetap jalan terus tanpa ada evaluasi ulang. Semoga pemerintah segera menyadari bahwa pendidikan itu mampu membantu manusia memberikan peran yang terbaiknya di era globalisasi ini
Segeralah system pendidikan Indonesia dirubah sesuai dengan cita-cita, tujuan dan capaian pendidikan Indonesia, dan implementasikan dengan amanah. Jangan sampai kita terlalu melihat pencitraan sehingga hanya mengupyakan masyarakat minoritas, tetapi segeralah kita menyeimbangkan kebutuhan mayaoritas dengan minoritas. Seperti bukan tidak boleh pemerintah membuat sekolah-sekolah kejuruan tetapi mereka jangan dijadikan alat untuk membodohi rakyat, atau bukan tidak boleh ada RSBI-RSBI tetapi semua masyarakat telah siap dengan keberadaanya, jangan sampai masih ada yang buta baca, buta hitung, sekoalh-masih banyak yang ambruk, tetapi kebutuhan RSBI yang sangat besar biayanya tetap jalan terus tanpa ada evaluasi ulang. Semoga pemerintah segera menyadari bahwa pendidikan itu mampu membantu manusia memberikan peran yang terbaiknya di era globalisasi ini
DAFTAR PUSTAKA
http://bioc.blog.com/2010/12/23/profesionalisme-guru-dalam-menghadapi-golbalisasi/.
Diakses pada tanggal 6 februari 2011. http://otnay.guru-indonesia.net/artikel_detail-20582.html
http://majid-pendidikan.blogspot.com/2012/04/arah-pendidikan-di-indonesia.html
ESTU DYAH DKK, MAKALAH Curriculum Development for
Education Reform Chapter 6 yang berjudul Aims, Goals and Objectives yang ditulis oleh
Kenneth Hansen. 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar