Sabtu, 21 April 2012

CITA-CITA, TUJUAN DAN CAPAIAN PENDIDIKAN INDONESIA MASA ERA GLOBALISASI

UJIAN AKHIR SEMESTER
  
Mata Kuliah Globalisasi dan Standarisasi Pendidikan
DOSEN: Dr. H. Purwadhi, M.Pd
CITA-CITA, TUJUAN DAN CAPAIAN PENDIDIKAN INDONESIA  MASA ERA GLOBALISASI


logo2




 Di susun oleh :

Ida Nurhayati     NIM 4103810311014



PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
TAHUN 2012


 CITA-CITA, TUJUAN DAN CAPAIAN PENDIDIKAN INDONESIA  MASA ERA GLOBALISASI

BAB I
Pendahuluan
1.1  Latar belakang
1)      Laporan undp
Mengenai menurunnya peringkat pendidikan Indonesia dari peringkat 65 pada tahun lalu menjadi 69 pada tahun ini cukup menyesakkan dada. Pasalnya, peringkat pendidikan menjadi tolok ukur kemajuan sebuah bangsa. Karena itu, dengan menurunnya peringkat pendidikan tersebut mudah dipahami jika kualitas manusia Indonesia pada umumnya rendah.
Padahal, pemerintah telah merumuskan ‘peningkatan daya saing’ atau competitiveness sebagai salah satu pilar visi pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah juga telah memperolah alokasi anggaran sebesar 20% dari APBN khusus untuk pendidikan. Berbagai kebijakan untuk mendukungnya juga telah dibuat, mulai dari perangkat yuridis, seperti Undang-Undang Guru dan Dosen, hingga kebijakan operasional seperti sertifikasi guru, PLPG, Program Pendidikan Guru (PPG), Duel Mode, Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), Ujian Nasional dsb. Semua kebijakan tersebut hakikatnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. (Berita Kompas, 3/3/2011)
2)      Tujuan pendidikan Indonesia
UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1,  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.  dadisebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Visi dan misi pendidikan nasional telah menjadi rumusan dan dituangkan pada bagian “penjelasan” atas UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Visi dan misi pendidikan nasional ini adalah merupakan bagian dari strategi pembaruan sistem pendidikan.
3)      Visi Pendidikan Nasional
Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya system pendidikan sebaga pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
4)      Misi Pendidikan Nasional
Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai berikut:
        i.            mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
      ii.            membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar;
    iii.            meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
    iv.            meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan
      v.            memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan RI.

1.2  Rumusan masalah dan tujuan pembuatan makalah
Dalam makalah ini masalah yang akan dirumuskan apakah CITA-CITA, TUJUAN DAN CAPAIAN pendidikan Indonesia  masa era globalisasi dan bagaiman arah pendidikan indonesia sebagai suatu kebutuhan dan bekal dalam bermasyarakat 
Tujuan dalam makalah ini agar dapat memberi solusi dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan CITA-CITA, TUJUAN DAN CAPAIAN pendidikan Indonesia  masa era globalisasi dan bagaiman arah pendidikan indonesia sebagai suatu kebutuhan dan bekal dalam bermasyarakat  agar martabat dan hajat serta hak-hak azasi manusia terlindungi dan terjaga.















BAB II
ISI
2.1 Pendidikan Indonesia salah arah
Pendidikan di Indonesia dalam bentuk sekolah telah tercerabut dari akar kesejarahan sistem pendidikan nasional. Pendidikan di Indonesia sudah tidak lagi bertumpu pada nilai-nilai dasar pendidikan yang memerdekakan, pendidikan yang menyadarkan dan pendidikan yang memanusiakan manusia apalagi sampai mampu mengangkat manusia muda ke taraf insani. Pendidikan di Indonesia hanya berorientasi pasar. Pendidikan Indonesia sudah kehilangan arah.
Buktinya, pemerintah sekarang sedang menggalakkan pendidikan tingkat satuan pendidikan menengah atas berbasis kerja, yaitu sekolah menengah kejuruan (SMK). Selain itu dalam satu dekade terakhir ini di Indonesia, khususnya di daerah jabodetabek ini sedang sangat populer sekali yang namanya sekolah internasional. Trend ini pertama - tama dimmotori oleh sekolah - sekolah swasta yang mendeklarasikan institusinya sebagai sekolah internasioanl yang menggunakan bahasa inggris sebagai bangsa pengantar. Beberapa tahun kemudian, sekolah - sekolah negeri pun mulai mencanangkan diri sebagai sekolah berstandar internasional.  
Pemerintah berencana akan mengubah pola pendidikan Indonesia dengan perbandingan 70% untuk SMK dan 30% untuk sekolah menengah atas (SMA). Lulusan SMA dalam pandangan pemerintah hanya menghasilkan lulusan tidak siap kerja kalau tidak mau disebut pengangguran. Maka, guna mengurangi angka pengangguran, pemerintah melakukan ‘terobosan’ dengan menciptakan SMK. Lulusan SMK dalam pandangan pemerintah lebih siap untuk bekerja dan mengurangi pengangguran. Padahal sekolah sebenarnya bukan fase bekerja. Menurut Pak Tandyo–begitu orang menyapanya–sekolah itu bekal untuk menata hidup yang lebih baik ( Soetandyo Wignyosoebroto, Guru Besar Emeritus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya). Pendidikan adalah proses hidup. Jadi pendidikan dalam bentuk sekolah bukan untuk bekerja. Pemerintah tidak berpikir jauh hanya menjadikan pekerja-pekerja instan yang jika sudah bekerja mudah juga untuk dikeluarkan.
Lalu bagaimana dengan sekolah-sekolah internasional , dimana bahasa inggris menjadi bahasa wajib di kelas. Buku-buku teks pun menjadi bilingual, nilai TOEFL yang tinggi menjadi kewajiban bagi semua murid dan guru. Disaat sekitar 10% pelajar Indonesia duduk di bangku sekolah berkutat dengan bahasa inggris, sekitar 90% lainnya masih bersusah payah hanya untuk belajar baca dan menulis .(maaf data ini tidak akurat, hanya perkiraan). Begitu penting kah kemampuan bahasa inggris itu daripada kemampuan 100% orang Indonesia untuk mampu baca dan menulis? Sebenarnya pelajar Indonesia itu hebat hanya kurang pada tingkat literasi saja, dan itu wajar buku-buku itu semakain mahal. Pendidikan Indonesia saat ini, pemerintah dan kita hanya fokus pada golongan minoritas, yaitu golongan menengah ke atas dan siswa - siswa yang berprestasi. Ini sebenarnya bagus, tetapi pemerintah dan kita lupa pada kaum menengah kebawah dan juga yang kurang berprestasi. Akibatnya banyak dari kalangan menengah kebawah dan siswa kurang berprestasi tidak mendapat banyak perhatian, padahal, merekalah yang seharusnya mendapat perhatian.
Pemerintah dan kita harus mengakui, bahwa mereka adalah kaum mayoritas di Indonesia. Seringkali pemerintah dan kita meremehkan mereka, padahal mereka adalah kunci pembangunan negara ini. Jika kita ingin negara kita maju dan stabil, maka 100% orang Indonesia harus berpendidikan dan minimalnya bisa baca dan tulis. Pemerintah banyak menghabiskan uang untuk sekolah - sekolah unggulan, namun melupakan sekolah - sekolah lainnya. Bukankah lebih baik memiliki 100 sekolah internasional dengan fasilitas namun 900 sekolah lainnya mempunya kualitas buruk atau memiliki 100,000 sekolah dengan kualitas bagus dan 100% orang indonesia berpendidikan, untuk sekarang ini.
2.2. Kecenderungan Masyarakat Dalam Era Informasi dan Globalisasi
            Menurut Badan Perputakaan Nasional, minat membaca masyarakat Indonesia masih 50 persen dan masih minim dibanding negara lain di Asia.(Wtr2)eck, 1989). Sehingga masih jauh bisa disebut masyarakat masa depan. Masyarakat masa depan adalah masyarakat Informasi (Tilaar, 1990). Masyarakat semacam itu memerlukan anggota masyarakat yang dapat memilih dari segala macam alternative. Dengan tersedianya informasi manusia perlu menyusunnya agar dapat bermanfaat untuk mengungkapkan pemikirannya secara jelas. Sejalan dengan itu, buah pikiran yang jelas harus dapat dikomunikasikan secara efektif. Melihat hubungan kepada manusia dengan lingkungannya yang bukan bersifat konfrontatif dan menguasai, maka manusia harus memiliki pemahaman yang jelas tentang lingkungannya. Pendidikan lingkungan hidup, baik lingkungan social maupun lingkungan alam merupakan syarat mutlak bagi manusia abad sekarang. Selanjutnya dengan kemungkinan yang hampir tidak terbatas untuk memperoleh informasi, manusia mempunyai kesempatan luas untuk mengembangkan kemampuan serta potensi pribadinya.
            Minat baca di Indonesia ternyata tak sampai separuh dari jumlah penduduk Indonesia.  Padahal membaca merupakan salah satu cara yang efektif untuk memperoleh informasi dengan mengembangkan kemampuan dan potensi pribadi dan dapat berkembang pesat. Berdasarkan pengalaman (Rivai 1994) ada peserta lomba karya ilmiah yang sangat kreatif, inovatif, dan berkemampuan dan kritis. Mereka tidak segan melahap buku pelajaran untuk Perguruan Tinggi bila mereka perlukan. Selanjutnya menurut Rivai kelemahan penyuguhan – penyuguhan buku pelajaran di SMA adalah tidak terbinanya kemampuan anak didik untuk memberikan alternative pada permasalahan yang dihadapi. Sukar dicari produk pendidikan SMA yang mau, dapat, merasa yakin dan mampu menata diri secara otodidak. Padahal kemampuan itu sangat diperlukan pada era Globalisasi.
            Tantangan yang dihadapi sekarang adalah kurangnya minat baca masayarakat kita. Selain kurang minat membaca, kemampuan membacanya juga tidak tinggi.   Membaca merupakan proses interaksi anatra pembaca, informasi yang dituangkan dalam teks, dan karektiristik isi. Tujuan dari membaca adalah membangun makna dari teks tersebut (Jones 1985). Dari sudut pandang kognitif, pemahaman membaca merupakan proses yang kompleks dan tersusun dari proses – proses yang saling berkaitan.
2.3 Cita-Cita, Tujuan Dan Capaian Pendidikan Indonesia 
“kualitas bukanlah tujuan- tetapi merupakan cara” Siegel dan Byrne (1994, hal.2) jelas menyatakan persepsi tentang peranan sekolah dan pendidikan:
Tujuan primer dari gerakan restrukturisasi dari pendidikan saat ini adalah untuk  memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
            Setiap gerakan pembaharuan memiliki karakteristik yang berbeda. Beberapa dari kualitas-kualitas ini bukanlah baru, namun secara pasti beberapa diantaranya di daur ulang dengan cara melakukan modifikasi dan pelabelan kembali untuk suatu tingkatan yang membuat kualitas tersebut tidak diakui oleh sebagian besar orang. Pendidikan berdasarkan hasil akhir atau prestasi adalah sebuah contoh yang baik.
Pemerintah dan para pengembang kurikulum sepakat bahwa, dalam satu bentuk atau yang lain, pengembangan kurikulum untuk pendidikan itu  meliputi: identifikasi tujuan pendidikan. Pengembang kurikulum perlu membedakan antara beberapa istilah yang digunakan untuk mengekspresikan hasil yang diinginkan. Di antara hasil pendidikan atau harapan, maksud, dan tujuan.”
1)      CITA-CITA
            Dari berbagai jenis pendidikan, cita-cita yang paling umum adalah pendidikan seumur hidup yang berarti memberikan arah jangka panjang bagi siswa. Sebagian ditulis untuk tujuan kelompok, sebagian untuk individu. Sebuah contoh yang baik dari maksud pendidikan adalah tujuh urutan prinsip Pendidikan Menengah. Seperti peta jalan lintas-negara, bertujuan membantu kita menuntun kehidupan kita pada umumnya dan tidak dapat dicapai sepenuhnya.
2)                  TUJUAN
     
      Tujuan pendidikan adalah harapan kelompok dan memerlukan waktu mungkin berminggu-minggu, bulan, atau bahkan bertahun-tahun untuk mencapainya. Tujuan berbeda dari cita-cita dalam arti bahwa mereka dapat dicapai, namun banyak juga yang tidak tercapai. Sebuah sekolah tinggi mungkin memiliki tujuan suatu perusahaan, yang nilai prestasi rata-rata untuk semua kelas yang diuji tahun depan akan sama atau melampaui rekan-rekan mereka pada tes tahun ini. Untuk tujuan yang berorientasi kelompok, keberhasilan pencapaian tujuan tidak memerlukan keberhasilan dari masing-masing siswa.
3)      CAPAIAN
Untuk menghindari kebingungan kita akan menggunakan istilah capaian untuk mengacu pada apa yang diharapkan siswa sehari-hari. Kita juga bisa menggunakan capaian kinerja berjangka, untuk setiap capaian yang mengacu pada kemampuan siswa melakukan tugas-tugas yang dipilih dalam satu atau lebih cara secara spesifik.
Sebagaimana Wulf dan Schane (1984, hal.71) mengatakan, " ada hasil yang tidak terduga atau kejutan karena kedua belah pihak telah sepakat atas produk akhir.” Ketika siswa mengetahui hasil yang diharapkan., mereka biasanya menjadi lebih terlibat dalam tugas-tugas mereka (Unger, 1994). Karena capaian kinerja adalah yang paling spesifik dari semua harapan pendidikan, capaian tersebut harus ditulis dalam bentuk yang lengkap. Bagian-bagian berikut memperkenalkan teknik untuk menulis capaian  kinerja.
Pada dasarnya Indonesia sudah mempunyai itu tetapi entah kenapa itu tidak menyerap kepada seluruh aspek yang terkait pada pendidikan termasuk masyarakat dan pemerintah. Indonesia sudah punya tujuan pendidikan, visi pendidikan juga misi pendidikan. Hanya saja menurut laporan UNDP Nopember 2011, Indonesia kini berada di peringkat 124 jauh dibangding dengan beberapa Negara ASEAN lainnya.
Norwegia, Australia, dan Belanda menempati tempat teratas negara terbaik di dunia tahun ini didasarkan pada kriteria kesehatan, pendidikan, dan pendapatan, yang dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Yang juga masuk sepuluh besar terbaik daftar yang dikeluarkan badan PBB untuk masalah pembangunan (UNDP) ini adalah Amerika Serikat, Selandia Baru, Kanada, Irlandia, Jerman, dan Swedia.
Namun ketika daftar ini disusun ulang didasarkan pada kriteria pemerataan kesehatan, pendidikan, dan pendapatan di dalam negeri, beberapa negara maju terpental dari daftar sepuluh terbaik.  AS misalnya turun dari posisi empat ke posisi 26 sementara Korea Selatan turun dari posisi 15 ke posisi 32. AS turun jauh karena faktor pemerataan pendapatan. UNDP mengatakan IPM mengalami kenaikan besar sejak 1970 yang berarti ada kemajuan besar di bidang kesehatan, pendidikan, dan pendapatan di seluruh dunia.
Catatan UNDP menunjukkan 72 negara mengalami perkembangan pesat dalam lima tahun terakhir. Mereka adalah Kuba (naik sepuluh peringkat ke posisi 51), Venezuela, dan Tanzania. Kedua negara ini masing-masing naik tujuh posisi ke peringkat 73 dan 152. UNDP juga mencatat dua negara mengalami penurunan, yaitu Kuwait (turun delapan posisi ke peringkat 63) dan Finlandia (turun tujuh posisi ke peringkat 22). Seperti dikutip dari BBC, dari 187 negara yang disurvei, Indonesia berada di peringkat 124, jauh di bawah Brunei (posisi 33) dan Malaysia (61). Namun pencapaian Indonesia masih lebih baik dibandingkan Vietnam (peringkat 128), Laos (peringkat 138), dan Burma (peringkat 149). Survei UNDP ini menempatkan Republik Demokratik Kongo, Niger, dan Burundi di tempat terbawah. (http://id.berita.yahoo.com/inilah-daftar-10-negara-terbaik-versi-undp-213102688.html)
2.4 Harapan Pendidikan Indonesia
Sebagai seorang pendidik, saya merasakan betul dunia batin siswa kita pada umumnya saat ini. Mungkin hanya sedikit di antara mereka yang memegang nilai idealisme, selebihnya lebih pragmatis. Sekadar ilustrasi ada seorang kawan yang  mengadakan survei  mengenai sosok dosen yang diidealkan. Hasilnya sungguh di luar dugaan. Sosok dosen ideal adalah yang santai, tidak banyak tugas  dan memberi nilai murah. Sebaliknya, yang dibenci adalah yang konsisten, disiplin, banyak tugas dan nilainya mahal. Gambaran demikian sesungguhnya merupakan pantulan berkembangnya sikap pragmatisme di kalangan mahasiswa kita.
Karena itu, adalah tugas kita semua untuk meluruskan maksud dan niat suci kegiatan pendidikan. Pendidikan bukan sekadar upaya atau sarana orang mencari pekerjaan, melainkan sebuah proses pendewasaan diri untuk bisa hidup bermartabat. Karena merupakan proses pendewasaan diri, maka pendidikan tidak akan pernah berakhir, sekalipun yang bersangkutan telah mapan secara material dalam hidupnya (education is life long). Dengan demikian, pendidikan bukan alat (means ) melainkan  tujuan (ends). Serbagian besar masyarakat kita menganggap pendidikan merupakan alat atau sarana (means ) mencapai tujuan, sehingga begitu tujuan diraih, malka berakhir pula kegiatan pendidikan tersebut.
Selain meluruskan tujuan dan niat pendidikan, tugas kita semua juga ntuk menyadarkan bahwa pendidikan merupakan kegiatan kolektif yang melibatkan banyak unsur, mulai siswa itu sendiri, masyarakat, orangtua, pendidik, sarana dan prasarana, manajemen, beaya pendidikan, proses belajar mengajar, hingga campur tangan pemerintah. Belajar dari negara-negara yang sudah maju, kita bisa mengambil pelajaran berharga betapa pendidikan merupakan hajat  semua orang. Karena itu, maju dan mundurnya pendidikan merupakan tanggung jawab semua orang.
Sebaliknya, di masyarakat kita pendidikan seolah hanya merupakan tanggung jawab guru atau sekolah dan pada tingkat negara pendidikan hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan.  Jika demikian cara pandangnya, maka sampai kapan pun pendidikan kita tidak akan pernah bisa semaju  sebagaimana di negara-negara yang telah mencapai prestasi puncak dalam pendidikan. Di tengah-tengah hiruk pikuk perpolitikan nasional kita saat ini --- dan tampaknya akan terus berlangsung lama --- perhatian pemerintah pun bisa tersedot pada hal-hal lain di luar tujuan pendidikan. Karena itu, wajar jika nilai atau prestasi kualitas pendidikan kita menurun dan sulit sekali bangkit dari peringkat 60- 70.
2.5 Mengatasi permasalahan pendidikan pada saat ini dan di masa mendatang
Di Indonesia sebenarnya sudah secara formalitas sudah sangat hebat, secara tertulis rujukan (standarisasi) pendidikan pun sudah dilakukan, malah mengarah pada reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan agar pendidikan dapat berjalan lebih etektif dan efisien mencapai tujuan pendidikan nasional. Hanya saja reformasi pendidikan adalah proses yang kompleks, berwajah majemuk dan memiliki jalinan tali-temali yang amat interaktif, sehingga reformasi pendidikan memerlukan pengerahan segenap potensi yang ada dan dalam tempo yang panjang. Betapa kompleksnya reformasi pendidikan dapat difahami karena tempo yang diperlukan amat panjang, jauh lebih panjang apabila dibandingkan tempo yang diperlukan untuk melakukan reformasi ekonomi.
Setidaknya sekarang sudah ada keinginan pemerintah dan masyarakat untuk melakukan minimal perbedaan pada tingkat implementasi menjadi lebih baik itu sudah sangat hebat. Apalagi mampu mengambil keputusan agar pendidkan di Indonesia mampu melahirkan manusia yang berperan dan mengendalikan globalisasi. Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk  interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia:
1)      Berkomitmen pada Cita-Cita, Tujuan Dan Capaian Pendidikan Indonesia 
2)      Melaksanakan bahwa pendidikan itu harus:
i)        Pendidikan harus mampu mengembangkan peserta didik yang memiliki kemampuan antisipasi (ANTICIPATE)
ii)      Pendidikan harus mampu mengakomodasi perkembangan IPTEK (ACCOMMODATE)
iii)    Pendidikan harus mampu melahirkan peserta didik yang mengerti dan mampu mengatasi situasi (COPE)
iv)    Pendidikan harus mampu melahirkan peserta didik yang mampu mereorientasi perubahan yang terjadi (REORIENT)
3)      Menyikapi dengan bijaksana bermunculannya model-model pendidikan untuk tetap Berkomitmen pada Cita-Cita, Tujuan Dan Capaian Pendidikan Indonesia 
4)      memusatkan pada empat dimensi: Dimensi Kultural-Fondasional, dimensi Politik-Kebijakan, dimensi Teknis-Operasional, dan dimensi Kontekstual










BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

A.         Perhatian utama pendidikan di era globalisasi adalah untuk mempersiapkan hidup dan kerja bagi  masyarakat. Nilai-nilai keluarga hendaknya tetap dilestarikan dalam berbagai lingkungan pendidikan.
B.          Paradigma baru pembelajaran ini memberikan peluang dan tantangan yang besar bagi perkembangan profesional, baik pada preservice dan inservice guru-guru kita.
C.          Hambatan – hambatan dalam pengembangan kurikulum khususnya pada guru. Guru yang kurang berpartisipasi dalam mendesain pengembangan kurikulum karena kurangnya waktu, kekurangkesesuaian pendapat antara guru maupun dengan sekolah atau administrator, karena kemampuan dan pengetahuan guru itu sendiri, hambatan yang lain datangnya dari masyarakat baik dalam pembiayaan maupun umpan balik dari masyarakat terhadap pendidikan dan kurikulum yang berlangsung.
D.         Fungsi pendidikan dahulu dan sekarang sudah berubah, dalam masyarakat dahulu persekolahan berfungsi untuk memelihara dan meneruskan nilai nilai yang ada sejak dahulu. Sedangkan masa sekarang pendidikan sekarang didasarkan pada filsafat pendidikan, cita-cita, tujuan dan capaian yang jelas
3.2 SARAN
Segeralah system pendidikan Indonesia dirubah sesuai dengan cita-cita, tujuan dan capaian pendidikan Indonesia, dan implementasikan dengan amanah. Jangan sampai kita terlalu melihat pencitraan sehingga hanya mengupyakan masyarakat minoritas, tetapi segeralah kita menyeimbangkan kebutuhan mayaoritas dengan minoritas. Seperti bukan tidak boleh pemerintah membuat sekolah-sekolah kejuruan tetapi mereka jangan dijadikan alat untuk membodohi rakyat, atau bukan tidak boleh ada RSBI-RSBI tetapi semua masyarakat telah siap dengan keberadaanya, jangan sampai masih ada yang buta baca, buta hitung, sekoalh-masih banyak yang ambruk, tetapi kebutuhan RSBI yang sangat besar biayanya tetap jalan terus tanpa ada evaluasi ulang. Semoga pemerintah segera menyadari bahwa pendidikan itu mampu membantu manusia memberikan peran yang terbaiknya di era globalisasi ini 

















DAFTAR PUSTAKA
http://bioc.blog.com/2010/12/23/profesionalisme-guru-dalam-menghadapi-golbalisasi/. Diakses pada tanggal 6 februari 2011.
http://otnay.guru-indonesia.net/artikel_detail-20582.html
http://majid-pendidikan.blogspot.com/2012/04/arah-pendidikan-di-indonesia.html
ESTU DYAH DKK, MAKALAH Curriculum Development for Education Reform Chapter 6 yang berjudul Aims, Goals and Objectives yang ditulis oleh Kenneth Hansen. 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar