Sejak kecil, Iskandar sudah tidak
senang melihat peperangan antara timur, yaitu kerajaan Persia, dan Barat,
Kerajaan Romawi. Perang itu tak ada hentinya dari tahun ke tahun, malah dari
abad ke abad.
Ribuan manusia tewas, kerugian harta
benda tak terhitung lagi jumlahnya, apalagi kerusakan lingkungan hidup,
merugikan manusia itu sendiri.
Untuk menghentikan permusuhan antara timur dan barat, Iskandar bercita-cita mendirikan sebuah kerajaan yang dapat menyatukan wilayah timur dan barat.
Untuk menghentikan permusuhan antara timur dan barat, Iskandar bercita-cita mendirikan sebuah kerajaan yang dapat menyatukan wilayah timur dan barat.
Iskandar pun tumbuh menjadi manusia
dewasa yang saleh, berakhlak dan berbudi tinggi. Atas segala kesalehannya itu,
Allah mengaruniakan kepadanya segala kelebihan yang dimiliki oleh seorang
pemimpin, lalu Allah memerintahkan untuk menyeru manusia kepada agama tauhid.
Mula-mula dengan tentaranya yang
lengkap dan kuat, dia menuju ke barat wilaya Maroko, tempat terbenamnya
matahari. Dilihatnya matahari itu terbenam di mata air yang berlumpur, lautan
Atlantik sekarang ini.
Di situ ia bertemu dengan bangsa
yang senantiasa berbuat kerusakan dan kejahatan. Bukan saja merusak permukaan
bumi dan mengacaukannya, tetapi juga sudah menjadi tabiat mereka suka membunuh
orang-orang yang tidak bersalah sekalipun. Bahkan mereka tidak beragama.
Sebelum melakukan tindakan, terlebih
dahulu Iskandar menadahkan tangannya ke langit, memohon petunjuk kepada Allah,
tindakan apa sebaiknya yang harus dilakukan terhadap bangsa yang begitu kejam,
apakah bangsa itu akan digempurnya habis-habisan, atau akan dibiarkan begitu
saja?
Allah lalu memberinya dua pilihan:
digempur habis-habisan sebagai balasan atas kekejaman mereka, atau di ajar dan
didik agar mereka kembali kepada kebenaran dan menyembah Allah serta
meninggalkan segala kejahatan.
Iskandar Zulkarnain memutuskan
menggempur mereka yang durhaka dan jahat, sedangkan orang yang baik akan
dilindungi. Sebelumnya ia berkata kepada bangsa tersebut, “Siapa yang aniaya,
akan kami siksa dan dikembalikan kepada Tuhan, agar Tuhan memberikan siksa yang
lebih pedih lagi. Adapun orang-orang yang saleh dan baik, akan kami lindungi,
dan kepadanya kami hanya akan memerintahkan kewajiban-kewajiban yang ringan.”
Kemudian tentaranya bergerak
menewaskan setiap orang yang kejam, melindungi setiap orang yang baik. Akhirnya
negeri itu dapat diamankan dan di tentramkan serta di atur sebaik-sebaiknya,
penuh dengan kehidupan bahagia dan makmur,
Setelah selesai menunaikan kewajiban
terhadap bangsa dan negeri itu, Iskandar dengan tentaranya menuju ke arah
timur, India. Dilihatnya matahari di atas bangsa yang musyrik, yang menyembah
banyak tuhan, yaitu bangsa Hindustan.
Bangsa dan negeri itu pun dapat ditaklukkan,
diamankan dan ditentramkannya, serta diatur sebaik-baiknya sehingga setiap
orang dapat merasakan hidup aman, tentram dan bahagia. Bangsa itu juga dapat
dikeluarkan dari lembah kesesatan.
Selesailah sudah kewajibannya
terhadap bangsa dan negeri itu. Ia lalu menuju ke utara, negeri Armenia,
melalui Persia dan Azarbaijan. Kemenangan demi kemenangan dicapainya selama
dalam perjalanan itu, akhirnya sampailah di suatu tempat, di sana ia bertemu
dengan suatu bangsa yang selalu dalam ketakutan dan ke khawatiran, karena
ternyata negeri itu berbatasan dengan
bangsa Ya’juj dan Ma’juj yang terkenal kuat dan kejam.
Bukan sekali dua kali saja, tetapi seringkali bangsa Ya’juj dan Ma;juj itu
datang menyerang mereka, menghancurkan apa saja yang didapatinya dan membunuh
siapa saja yang dijumpainya.
Kedatangan Iskandar ini, mereka
sambut dengan segala kehormatan dan kegembiraan, karena mereka tahu dari kabar
yang beredar bahwa Iskandar adalah Raja yang kuat dan paling adil di muka bumi
ini.
Lalu mereka meminta bantuan kepada
Iskandar, agar dilindungi dari serangan Ya’juj dan Ma’juj. Mereka memohon
supaya antara negeri mereka dan negeri Ya’juj dan Ma’juj dibangun dinding
raksasa yang tidak dapat ditembus. Sebagai imbalannya mereka sanggup membayar
mahal Iskandar.
Mendengar permohonan
itu, menjawab, “Saya tidak mengharapkan upah dari kalian, nikmat dan
pemberian Tuhanku lebih berharga daripada upah itu. Hanya kepada kalian saya
minta kaum pekerja dan alat-alatnya: besi, tembaga, arang batu dan kayu.”
Setelah semuanya terkumpul, ia mulai
bekerja dengan bantuan para pekerja. Mula-mula menyalakan api dengan kayu dan
arang batu, diambilnya besi, lalu dileburkannya dengan api, setelah besi itu
mencair, dituangkannya tembaga, dan diaduk menjadi satu. Dengan bahan campuran
inilah di dirikan dinding raksasa antara negeri itu dan negeri Ya’juj dan
Ma’juj. Dinding besi raksasa itu tidak dapat di tembus dan di lubangi oleh
siapapun dan oleh apapun.
“Dinding ini adalah rahmat dari
Tuhan kepada kalian, hanya tuhanlah yang dapat menembus dinding ini, jika
dikehendakinya,” kata Iskandar. Maka aman dan tentramlah negeri tersebut.
Iskandar Zulkarnain dapat
menaklukkan negeri-negeri yang terbentang antara timur dan barat. Dengan
demikian cita-citanya untuk mempersatukan kerajaan di timur dan barat tercapai.
Negeri yang berada di bawah kekuasaannya, antara lain Maroko, Romawi, Yunani,
Mesir, Persia dan India.
Berkat ilmu dan pengetahuannya yang luas, serta dasar ketuhanan yang selalu dipagang teguh dalam mendirikan kerajaan yang besar itu. Penduduknya hidup dengan aman, tentram dan makmur.
Berkat ilmu dan pengetahuannya yang luas, serta dasar ketuhanan yang selalu dipagang teguh dalam mendirikan kerajaan yang besar itu. Penduduknya hidup dengan aman, tentram dan makmur.
Kebesaran dan kejayaan itu tidak
membuatnya buta dan lupa akan nikmat yang diberikan Allah SWT. (ar/sf) www.suaramedia.com
Dialah Raja Muslim yang sangat
berkuasa namun saleh. Daerah taklukannya membentang dari bumi bagian barat
sampai timur. Ia mendapat julukan Iskandar “Zulkarnain”. “Zul”, artinya
“memiliki”, Qarnain, artinya “Dua Tanduk”. Maksudnya, Iskandar yang
memiliki kekuasaan antara timur dan barat.
Dia juga telah membangun dinding besar berteknologi tinggi untuk ukuran saat itu, diantara dua Gunung. Para ahli sejarah meyakini, dinding tersebut terbuat dari besi yang dicampur dengan tembaga itu terletak tepat di pengunungan Kaukasus. Daerah itu kini disebut Georgia, negara pecahan Uni Soviet.
Secara topografis, deretan pegunungan Kaukasus itu memang terlihat memanjang dari laut Hitam sampai ke laut Kaspia sepanjang 1.200 kilometer tanpa celah. Kecuali pada bagian kecil sempit yang disebut celah Darialsepanjang 100 Meter kurang lebih.
Pada bagian celah itulah Zulkarnain membangun tembok penghalang dari Ya’juj dan Ma’juj. Kisah ketokohan Iskandar Zulkarnain ini juga tertulis dalam catatan sejarah orang-orang barat. Dalam catatan tersebut diceritakan bagaimana ia berjaya meluaskan daerah taklukannya dalam masa yang sangat singkat.
Dia juga telah membangun dinding besar berteknologi tinggi untuk ukuran saat itu, diantara dua Gunung. Para ahli sejarah meyakini, dinding tersebut terbuat dari besi yang dicampur dengan tembaga itu terletak tepat di pengunungan Kaukasus. Daerah itu kini disebut Georgia, negara pecahan Uni Soviet.
Secara topografis, deretan pegunungan Kaukasus itu memang terlihat memanjang dari laut Hitam sampai ke laut Kaspia sepanjang 1.200 kilometer tanpa celah. Kecuali pada bagian kecil sempit yang disebut celah Darialsepanjang 100 Meter kurang lebih.
Pada bagian celah itulah Zulkarnain membangun tembok penghalang dari Ya’juj dan Ma’juj. Kisah ketokohan Iskandar Zulkarnain ini juga tertulis dalam catatan sejarah orang-orang barat. Dalam catatan tersebut diceritakan bagaimana ia berjaya meluaskan daerah taklukannya dalam masa yang sangat singkat.
Oleh karena kejayaannya ini, ia
diberi gelar “Alexander The Great”, Alexander Yang Agung”. Belakangan
cerita ini diadaptasi ke film layar lebar oleh Sutradara Amerika Serikat, Oliver
Stone, dengan judul Alexander The Great. Namun cerita dari orang-orang
barat tersebut sangat bertentangan dengan yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
(CATATAN ADA BUKU YANG MENULISKAN BAHWA DZULKARANEN ADALAH CYRUS YANG AGUNG RAJA PERSIA)
Para Mufasir menyatakan, “Alexander The Great” adalah orang yang berbeda dengan tokoh yang di tulis dalam Al-Qur’an, Yakni, Iskandar Zulkarnain. Alexander Thr Great itu dalam sejarahnya tidak diberitakan pernah membangun sebuah dinding besar berteknologi tinggi untuk ukuran saat itu, yang terbuat dari besi dicampur tembaga. Bahkan, ia adalah seorang musyrik. Sejarah tidak mencatatnya sebagai seorang Raja Muslim yang taat kepada agama Tauhid.
Sejarawan Muslim yang juga ahli tafsir, Ibnu Katsir, dalam kitabnya Al-Bidayah Wan Nihayah menjelaskan, meski punya nama yang sama dan plot cerita yang sama, yaitu kekuasaannya membentang dari Barat sampai ke Timur, keduanya adalah sosok yang berbeda. Antara mereka terbentang jarak dan waktu sampai 2000 tahun. “Hanya mereka yang tidak mengerti sejarah yang bisa terkecoh oleh identitas kedua orang itu,” katanya.
Ibnu Katsir lebih jauh menjelaskan, Zulkarnain adalah nama gelar atau julukan seorang penglima penakluk sekaligus Raja saleh. Karena kesalehannya ia selalu mengajak manusia untuk menyembah Allah. Namun mereka ingkar, malah memukul tanduknya – Qarnun,yaitu rambut kepala yang di ikat – sebelah kanan, hingga ia mati. Lalu Allah menghidupkannya kembali, dan ia pun kembali berdakwah. Tetapi sekali lagi tanduknya yang kiri dipukul, sehingga ia mati lagi. Allah SWT menghidupkannya kembali dan menjulukinya Zulkarnain, pemilik duaTanduk, serta memberinya kekuasaan. Cerita yang sama juga di jumpai dalam kitab Jami Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, karangan Syekh Al-Aiji Asy-Syafi’i.
Dalam kitab tersebut disebutkan, Zulkarnain adalah seorang hamba yang taat kepada Allah dan mengajak kaumnya menyembah Allah. Lalu mereka memukul tanduknya yang kanan hingga mati. Kemudian Allah menghidupkannya lagi, dan dia kembali mengajak kaumnya mengesakan Allah. Tetapi mereka malah memukul tanduknya yang kiri hingga mati lagi. Lalu Allah menghidupkannya lagi dan menganugrahinya kekuasaan yang tak tertandingi. Oleh karena itu ia dijuluki Zulkarnain.
Di samping kedua kitab tersebut, Mufassir Muslim Ibnu Jarir Ath-Thabari juga mengisahkannya dalam kitab tafsir Ath-Thabari. Dikatakan, Iskandar Zulkarnain adalah seorang laki-laki yang berasal dari Romawi, ia anak tunggal seorang yang paling miskin diantara penduduk kota. Namun dalam pergaulan sehari-hari, ia hidup dalam lingkungan kerajaan, bergaul dengan para perwira dan berkawan dengan wanita-wanita yang baik dan berbudi serta berakhlak mulia.
Imam Al-Qurtubi dalam kitab tafsir Al-Qur’annya yang populer, Tafsir Al-Qurtubi,menceritakan, sejak masih kecil dan masa pertumbuhannya Iskandar berakhlak mulia. Melakukan hal-hal yang baik sehingga terangkat nama baiknya. Ia juga menjadi mulia di kalangan kaumnya, sehingga Allah berkenan memberinya kewibawaan.
Setelah mencapai usia akil balig, Iskandar menjadi seorang hamba yang saleh, sehingga Allah Berfirman, “Wahai Zulkarnain, Sesungguhnya aku mengutusmu kepada umat-umat di bumi. Mereka adalah umat yang berbeda-beda bahasanya dan mereka adalah umat yang berada disegala penjuru bumi.
Mereka terbagi dalam beberapa golongan.” Mendapat amanat tersebut, Zulkarnain lalu berkata, “Wahai Tuhanku, Engkau telah menugasiku melakukan seuatu hal yang aku tidak kuasa melakukannya kecuali engkau sendiri, maka beritahukan kepadaku tentang umat-umat itu, dengan kekuatan apa aku bisa melawan mereka? Dengan kesabaran apa aku bisa menahan mereka? Dan dengan bahasa apa aku harus bicara dengan mereka? Bagaimana pula aku bisa memahami bahasa mereka sedangkan aku tidak mempunyai kemampuan.”
Kemudian Allah SWT berfirman”Aku membebanimu sesuatu yang kamu mampu melakukannya, aku akan melapangkan pendengaran dan dadamu hingga kamu bisa mendengar dan memperhatikan segala sesuatu. Memudahkan pemahamanmu sehingga kamu bisa memahami segala sesuatu, meudahkan lidahmu, hingga kamu bisa berbicara tentang sesuatu, membukakan penglihatanmu, sehingga kamu bisa melihat segala sesuatu, melipatgandakan kekuatanmu hingga tak terkalahkan oleh sesuatu apapun, menyingsingkan lenganmu, hingga tidak ada sesuatupun yang berani meyerangmu, menguatkan hatimu, hingga kamu tidak takut pada apapun, menguatkan kedua tanganmu hingga kamu bisa menguasai segala sesuatu, menguatkan pijakanmu hingga kamu bisa mengatasi segala sesuatu, memberimu kemuliaan hingga tidak ada apapun yang menakutimu, menundukkan untukmu cahaya dan kegelapan dan menjadikan salah satu tentaramu. Cahaya itu akan menjadi petunjuk di depanmu, dan kegelapan itu akan berkeliling di belakangmu". (ar/sf) www.suaramedia.com
Para Mufasir menyatakan, “Alexander The Great” adalah orang yang berbeda dengan tokoh yang di tulis dalam Al-Qur’an, Yakni, Iskandar Zulkarnain. Alexander Thr Great itu dalam sejarahnya tidak diberitakan pernah membangun sebuah dinding besar berteknologi tinggi untuk ukuran saat itu, yang terbuat dari besi dicampur tembaga. Bahkan, ia adalah seorang musyrik. Sejarah tidak mencatatnya sebagai seorang Raja Muslim yang taat kepada agama Tauhid.
Sejarawan Muslim yang juga ahli tafsir, Ibnu Katsir, dalam kitabnya Al-Bidayah Wan Nihayah menjelaskan, meski punya nama yang sama dan plot cerita yang sama, yaitu kekuasaannya membentang dari Barat sampai ke Timur, keduanya adalah sosok yang berbeda. Antara mereka terbentang jarak dan waktu sampai 2000 tahun. “Hanya mereka yang tidak mengerti sejarah yang bisa terkecoh oleh identitas kedua orang itu,” katanya.
Ibnu Katsir lebih jauh menjelaskan, Zulkarnain adalah nama gelar atau julukan seorang penglima penakluk sekaligus Raja saleh. Karena kesalehannya ia selalu mengajak manusia untuk menyembah Allah. Namun mereka ingkar, malah memukul tanduknya – Qarnun,yaitu rambut kepala yang di ikat – sebelah kanan, hingga ia mati. Lalu Allah menghidupkannya kembali, dan ia pun kembali berdakwah. Tetapi sekali lagi tanduknya yang kiri dipukul, sehingga ia mati lagi. Allah SWT menghidupkannya kembali dan menjulukinya Zulkarnain, pemilik duaTanduk, serta memberinya kekuasaan. Cerita yang sama juga di jumpai dalam kitab Jami Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, karangan Syekh Al-Aiji Asy-Syafi’i.
Dalam kitab tersebut disebutkan, Zulkarnain adalah seorang hamba yang taat kepada Allah dan mengajak kaumnya menyembah Allah. Lalu mereka memukul tanduknya yang kanan hingga mati. Kemudian Allah menghidupkannya lagi, dan dia kembali mengajak kaumnya mengesakan Allah. Tetapi mereka malah memukul tanduknya yang kiri hingga mati lagi. Lalu Allah menghidupkannya lagi dan menganugrahinya kekuasaan yang tak tertandingi. Oleh karena itu ia dijuluki Zulkarnain.
Di samping kedua kitab tersebut, Mufassir Muslim Ibnu Jarir Ath-Thabari juga mengisahkannya dalam kitab tafsir Ath-Thabari. Dikatakan, Iskandar Zulkarnain adalah seorang laki-laki yang berasal dari Romawi, ia anak tunggal seorang yang paling miskin diantara penduduk kota. Namun dalam pergaulan sehari-hari, ia hidup dalam lingkungan kerajaan, bergaul dengan para perwira dan berkawan dengan wanita-wanita yang baik dan berbudi serta berakhlak mulia.
Imam Al-Qurtubi dalam kitab tafsir Al-Qur’annya yang populer, Tafsir Al-Qurtubi,menceritakan, sejak masih kecil dan masa pertumbuhannya Iskandar berakhlak mulia. Melakukan hal-hal yang baik sehingga terangkat nama baiknya. Ia juga menjadi mulia di kalangan kaumnya, sehingga Allah berkenan memberinya kewibawaan.
Setelah mencapai usia akil balig, Iskandar menjadi seorang hamba yang saleh, sehingga Allah Berfirman, “Wahai Zulkarnain, Sesungguhnya aku mengutusmu kepada umat-umat di bumi. Mereka adalah umat yang berbeda-beda bahasanya dan mereka adalah umat yang berada disegala penjuru bumi.
Mereka terbagi dalam beberapa golongan.” Mendapat amanat tersebut, Zulkarnain lalu berkata, “Wahai Tuhanku, Engkau telah menugasiku melakukan seuatu hal yang aku tidak kuasa melakukannya kecuali engkau sendiri, maka beritahukan kepadaku tentang umat-umat itu, dengan kekuatan apa aku bisa melawan mereka? Dengan kesabaran apa aku bisa menahan mereka? Dan dengan bahasa apa aku harus bicara dengan mereka? Bagaimana pula aku bisa memahami bahasa mereka sedangkan aku tidak mempunyai kemampuan.”
Kemudian Allah SWT berfirman”Aku membebanimu sesuatu yang kamu mampu melakukannya, aku akan melapangkan pendengaran dan dadamu hingga kamu bisa mendengar dan memperhatikan segala sesuatu. Memudahkan pemahamanmu sehingga kamu bisa memahami segala sesuatu, meudahkan lidahmu, hingga kamu bisa berbicara tentang sesuatu, membukakan penglihatanmu, sehingga kamu bisa melihat segala sesuatu, melipatgandakan kekuatanmu hingga tak terkalahkan oleh sesuatu apapun, menyingsingkan lenganmu, hingga tidak ada sesuatupun yang berani meyerangmu, menguatkan hatimu, hingga kamu tidak takut pada apapun, menguatkan kedua tanganmu hingga kamu bisa menguasai segala sesuatu, menguatkan pijakanmu hingga kamu bisa mengatasi segala sesuatu, memberimu kemuliaan hingga tidak ada apapun yang menakutimu, menundukkan untukmu cahaya dan kegelapan dan menjadikan salah satu tentaramu. Cahaya itu akan menjadi petunjuk di depanmu, dan kegelapan itu akan berkeliling di belakangmu". (ar/sf) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar